Jumat, 26 April 2024

APAKAH SI ERA DIGITAL BISA MAMPENGARUHI TERHADAP KESEHATAN MENTAL ANAK?

Untuk menja pertayaan dari kata kunci judul diatas yukkk kita simaj. Apa yang dimaksud dengan masalah kesehatan mental dan gangguan mental? Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa dalam Pasal 1 Ayat (1, 2 dan 3) menjelaskan tentang kesehatan jiwa, Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK), dan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).

Ayat (1) : “Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.”

Ayat (2): “ Orang Dengan Masalah Kejiwaan yang selanjutnya disingkat ODMK adalah orang yang mempunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan/atau kualitas hidup sehingga memiliki risiko mengalami gangguan jiwa.”

Ayat (3): “Orang Dengan Gangguan Jiwa yang selanjutnya disingkat ODGJ adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan/atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia.”

Yang menjadi pertanyaan adalah apa yang menyebabkan terjadinya masalah kesehatan mental pada anak? Dalam banyak literasi kita dapat mengetahui bahwa masalah kesehatan mental pada anak kerap kali dikaitkan dengan faktor genetik, lingkungan, stres, dan tauma. Selain itu, hal ini juga sering dikaitkan dengan pengaruh perkembangan era digital. Apakah benar demikian? Era digital merujuk pada periode waktu dimana teknologi digital, seperti komputer dan internet, mendominasi berbagai aspek kehidupan manusia. Pada era ini, informasi diubah menjadi format digital, sehingga memungkinkan untuk menyimpan, mengolah, dan mendistribusikan data dengan cepat. Inovasi seperti perangkat gawai, media sosial, dan teknologi sensor juga menjadi ciri khas era digital. Ini memengaruhi cara orang berkomunikasi, bekerja, dan hidup sehari-hari. Jadi jelas, manusia modern tidak dapat dipisahkan dari digital karena digital sudah merupakan kebutuhan hidup.

Terkait dengan kesehatan mental anak, pengaruh perkembangan digital harus dilihat secara seimbang, dari sisi positif dan negatif. Ini berguna agar kita mengetahui dengan jelas manfaat dan resiko yang terkandung dalam digital. Berikut adalah dampak positif dan negatif digital terhadap kesehatan mental anak.

Dampak Positif Digital terhadap Kesehatan Mental Anak
Perkembangan era digital dapat berdampak positif bagi status kesehatan mental anak, karena antara lain:

Mudah Mendapatkan Informasi terkait Kesehatan Mental
Dengan internet, anak dapat dengan mudah memperoleh informasi yang valid tentang kesehatan mental. Misalnya: informasi tentang bagaimana merawat kesehatan mental; bagaimana melakukan regulasi emosi; bagaimana bersikap asertif; masalah kesehatan mental dapat dicegah dan diobati; orang dengan riwayat kesehatan mental dapat hidup sehat, produktif dan bahagia; atau tentang bagaimana tatalaksana medis atau pun non medis untuk masalah kesehatan mental.

Selain itu, jika anak memiliki riwayat keluarga dengan masalah kesehatan mental, atau dirinya memiliki resiko masalah kesehatan mental, informasi valid yang ia dapatkan dapat meningkatkan status kesehatan mentalnya. Misalnya: ia tidak terintimidasi, tidak merasa terstigma, dan putus asa. Sebaliknya, ia akan mencari pertolongan dari sumber yang tepat.

Mudah Mendapatkan Akses Layanan Kesehatan Mental
Di era digital, layanan kesehatan mental sudah dapat diakses secara digital. Misalnya: konsultasi online dengan dokter spesialis kesehatan jiwa, konseling online dengan konselor atau psikolog profesional, dan terapi online dengan terapis kesehatan mental yang profesional. Akses layanan kesehatan mental juga menjadi lebih mudah didapat karena mudahnya mendapatkan informasi yang valid.

Edu-Games
Ada games yang dirancang khusus untuk anak-anak. Selain berguna untuk menstimulasi otak anak, games ini membantu anak mengelola stres, kecemasan, atau depresi.

Koneksi Sosial
Walaupun digital bisa membuat anak menjadi mengisolasi diri (maunya sendiri, tidak mau bermain dengan orang lain), games online dan media sosial juga dapat memungkinkan anak-anak untuk terhubung dengan teman-teman sebaya. Melalui komunikasi dan interaksi positif, ini dapat memperkuat ikatan sosial dan mendukung kesehatan mental.

Belajar Online
Era digital memungkinkan anak untuk belajar atau mengecap pendidikan secara online. Ini dapat menjadi alternatif pembelajaran bagi anak, terutama anak-anak yang mengalami hambatan belajar secara konvensional.

Memiliki Sarana Mengembangkan dan Mengekspresikan Diri
Teknologi digital memungkinkan anak untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri dengan sehat. Misalnya: membuat konten digital, membuat karya seni berbasis digital, robotic, coding, fotografi, menulis cerita, dan lain-lain. Selain itu, digital juga memungkinkan anak untuk mempublikasikan karyanya.

Walaupun teknologi digital dapat meningkatkan status kesehatan mental anak, tetapi harus ada keseimbangan antara penggunaan teknologi dan waktu offline. Anak harus tetap terhubung dengan dunia sosial yang nyata, aktif secara fisik, dan memiliki waktu yang cukup untuk istirahat.

Dampak Negatif Digital terhadap Kesehatan Mental Anak
Meskipun tidak bisa diingkari bahwa digital berdampak positif terhadap status kesehatan mental anak, akan tetapi ada beberapa hal yang berisiko menimbulkan masalah kesehatan mental anak pada anak, antara lain:

Pornografi
Walaupun Pemerintah Indonesia telah berusaha dan terus berusaha untuk menghapus konten-konten atau situs-situs pornografi dari youtube, akan tetapi sampai saat ini, pornografi masih mudah diakses melalui digital. Kondisi ini membuat anak rentan terpapar, mengkonsumsi, menjadi pelanggan, bahkan menjadi adiksi pornografi. Padahal, ponografi bukan konsumsi anak-anak bahkan berbahaya bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pornografi merusak otak anak.

Eksposur terhadap Konten Tidak Sesuai
Anak-anak dapat terpapar pada konten yang tidak sesuai untuk usia mereka, seperti kekerasan, terorisme, radikalisme, intoleransi, ajaran sesat (ajaran yang dinilai bertentangan dengan nilai-nilai keluarga dan ajaran agama yang anak anut), atau rasisme. Ini dapat memengaruhi perkembangan emosional dan psikologis anak sehingga merugikan tumbuh kembang anak.

Tekanan Sosial Media
Media sosial dapat menciptakan tekanan untuk memenuhi standar yang tidak realistis, meningkatkan risiko gangguan kecemasan dan depresi. Perbandingan sosial dan perolehan pengakuan online dapat memengaruhi persepsi diri anak-anak. Misalnya: standar keren/cantik/ganteng/hebat; dan komentar negatif warganet terhadap apa yang dipublikasikan anak.

Pamer Berlebihan (Flexing)
Ada orang ingin menyatakan dirinya melalui penampilannya atau melalui barang-barang yang ia miliki atau pakai. Ini disebut dengan pamer. Digital memudahkan orang untuk pamer. Dalam kadar tertentu, ini dianggap wajar karena manusia memang butuh pengakuan. Akan tetapi jika pamer yang dilakukan sudah berlebihan (flexing), itu tidak sehat untuk kesehatan mental anak.

Gangguan Tidur
Penggunaan perangkat digital, terutama sebelum tidur, dapat mengganggu pola tidur anak-anak. Kurang tidur dapat memengaruhi konsentrasi, suasana hati, dan kesejahteraan emosional secara keseluruhan.

Cyberbullying
Digital memungkin anak menjadi korban cyberbullying. Perundungan (bullying), termasuk cyberbullying dapat menyebabkan dampak psikologis serius pada, misalnya rasa rendah diri, kecemasan, kebingungan, dan ketakutan. Kondisi ini dapat mendorong anak untuk melakukan tindakan berbahaya.

Cybersex/Virualsex
Virtualsex adalah istilah yang merujuk pada perilaku seksual yang melibatkan penggunaan teknologi dan perangkat digital.

Cybercrime
Cybercrime merujuk pada kegiatan kriminal yang dilakukan dengan menggunakan teknologi komputer atau jaringan internet. Ini mencakup berbagai tindakan ilegal yang melibatkan sistem komputer, jaringan, atau perangkat digital.

Berhadapan dengan Hukum
Anak dapat berhadapan dengan hukum karena penyalahgunaan teknologi digital. Misalnya cyberbullying, pornografi, judi online, cybercrime, cybersex/virtualsex, perdagangan yang tidak halal, penghinaan, ancaman, pembagian konten merugikan, pencurian identitas, dan pelanggaran hak cipta.

Isolasi Sosial
Digital membuat anak berisiko mengalami isolasi sosial karena lebih banyak menghabiskan waktu di depan layar daripada berinteraksi langsung. Hubungan sosial yang kurang dapat berdampak negatif pada kesehatan mental mereka.

Gangguan Perhatian dan Konsentrasi
Paparan berlebihan terhadap rangsangan digital dapat menyebabkan gangguan perhatian dan konsentrasi.

Adiksi
Penggunaan perangkat digital dan internet membuat anak berisiko mengalami adiksi atau ketergantungan.

Mengingat bahwa perkembangan era digital dapat memberi dampak buruk bagi kesehatan mental anak, maka penggunaan teknologi digital pada anak perlu diawasi dan didampingi. Latih anak untuk menggunakan perangkat digital dan internet dengan benar agar kesehatan mental anak tetap terpelihara dengan baik.

Posting Komentar