Senin, 27 Mei 2024

Ajak Anak Berimajinasi Positif

Ajak Anak Berimajinasi Positif

Kita mungkin sering berpikir bahwa dongeng hanya diperuntukkan bagi anak-anak. Nyatanya, setiap orang sejatinya adalah homo fabulans atau makhluk penyuka cerita. Manusia dilahirkan, dibesarkan, dan tumbuh dalam lautan beragam cerita. Kita pasti akan merasa senang dan terhibur dengan berbagai peristiwa imajinatif, seperti yang ada dalam dongeng. Tidak hanya mendengarkan, melalui dongeng kita dapat berimajinasi dan membangun dunia yang diceritakan dalam alam pikiran kita sendiri. Kita akan terdorong untuk mengolah dan menginterpretasikan dunia itu, kemudian menyimpannya dengan rapi dalam benak. Buku Keajaiban Mendongeng karya Heru Kurniawan dibuka dengan cukup apik mengenai potensi yang dimiliki oleh seseorang pada masa kanak-kanak (antara usia 2-13 tahun). Potensi yang dimiliki tersebut akan membawa kita pada pemahaman berapa pentingnya masa kanak-kanak bagi kehidupan seseorang. Hal ini agar kita dapat mempersiapkan hal-hal yang bisa dilakukan guna meningkatkan potensi tersebut. Salah satu cara untuk meningkatkan potensi seorang anak menurut Heru adalah dengan mendongeng. Menurutnya, dongeng memiliki kekuatan menakjubkan untuk menanamkan nilai-nilai moral sebagai penguatan potensi diri seseorang.

Mendongeng Memperkuat Moral Anak
Dongeng dikatakan memiliki kaitan erat dengan penanaman moral. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, sebaiknya kita memilih dongeng yang seusai dengan perkembangan moral anak. Hal ini agar anak dapat memahami pesan moral dengan lebih mudah dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Metode mendongeng dapat dijadikan salah satu kegiatan pendampingan Sahabat Kapas untuk anak-anak yang berada di lapas. Dengan mendongeng, para fasilitator dapat membangun kedekatan dengan anak-anak di lapas. Selain sebagai sarana hiburan, mendongeng juga dapat dijadikan sarana untuk menyampaikan berbagai pesan moral kepada anak. Anak-anak yang berada di lapas biasanya datang dari latar belakang keluarga yang tidak harmonis. Bahkan, banyak di antara mereka yang tidak mengenal kasih sayang orang tua. Rasa kosong akan ketidakhadiran tersebut dapat sedikit demi sedikit diobati dengan cerita dalam dongeng. Selain itu, dengan mendongeng, anak-anak juga bisa diajak untuk berimajinasi secara positif. Dalam Keajaiban Mendongeng, kita akan disuguhi berbagai jenis dongeng beserta penjelasan mengenai usia peruntukannya. Selain memperhatikan tingkatan usia, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika menyajikan dongeng, khususnya untuk anak-anak. Menariknya, penjelasan-penjelasan tersebut disajikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Selain itu, di setiap penjelasan terselip beberapa penggal kisah dongeng, sehingga dapat kita gunakan untuk berlatih mendongeng dengan menarik.

Selamat membaca dan mari mendongeng!

Sabtu, 11 Mei 2024

Shelter Rumah Hati dan  Savy Amira WCC Mengadakan Pelatihan (Analisis SWOT)

Shelter Rumah Hati dan Savy Amira WCC Mengadakan Pelatihan (Analisis SWOT)

Dalam mendidik anak korban dan pelaku ABH untuk belajar bisnis tentu dipenuhi dengan tantangan-tantangan yang perlu dihadapi. Pada pelaku dan korban ABH seringkali ada banyak hal yang masih belum terintegrasi baik secara sistem sehingga membuat operasional berjalan tidak lancar. Untuk dapat menjalankan bisnis yang baik, ada beberapa hal yang dapat direncanakan pada masa awal atau pun berkala di tengah operasional seperti memanfaatkan analisis SWOT. Pada dasarnya, analisis SWOT mencakup upaya-upaya untuk mengenali kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang menentukan kinerja perusahaan. Untuk memenuhi informasi yang diperlukan, hal ini dapat dicapai dengan informasi eksternal mengenai peluang dan ancaman dari banyak sumber termasuk pelanggan, dokumen pemerintah, pemasok, dan lain sebagainya yang memiliki irisan dengan bisnis terkait. Secara lebih detail SWOT yang merupakan akronim dari strength (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunity (peluang), dan threat (ancaman) dapat dijelaskan sebagai berikut:

– Strength (kekuatan)
Analisis kekuatan bisa dilihat dari sumber daya atau kapabilitas yang dimiliki oleh suatu jenis usaha dan sesuatu yang dapat dikendalikan oleh atau tersedia pada suatu jenis usaha. Hal ini biasanya sesuatu yang bersifat lebih unggul dibandingkan pesaing sejenis, yang membuat usaha kita menjadi pemenang pasar diantara kompetisi.

– Weakness (kelemahan)
Analisis kelemahan bisa dilihat sebagai suatu keterbasan atau kekurangan yang dimiliki dalam suatu jenis usaha. Hal ini dapat berupa sumber daya atau kapabilitas yang masih dinilai kurang dan berpotensi sebagai suatu hambatan terutama jika dibandingkan dengan pesaing sejenis.

– Opportunity (peluang)
Analisis peluang dapat dilakukan dengan melihat situasi utama yang menguntungkan pada suatu jenis usaha. Hal ini dapat juga dilihat dari sebuah tren yang beririsan dengan bidang usaha yang kita miliki atau yang dapat diterapkan dengan jenis usaha yang sedang kita jalankan. Kondisi persaingan, regulasi, perubahan teknologi, serta hubungan antara pembeli dan pemasik dapat juga dilihat sebagai sebuah peluang yang perlu dimanfaaatkan.

– Threat (ancaman)
Analisis ancaman dapat dilihat sebagai sesuatu yang tidak menguntungkan dan dapat memunculkan kerugian pada jenis usaha yang dimiliki. Ancaman ini dapat berupa berbagai bentuk mulai dari adanya pesaing baru, pertumbuhan pasar yang stagnan bahkan lamban, hingga perubahan tren dan lain sebagainya. Analisis ancaman dapat menjadi sangat bermanfaat karena dapat menghindarkan usaha dari sebuah kerugian yang mungkin akan mematikan.
Setelah menganalisis dan mengetahui SWOT dari sebuah jenis usaha, dapat melihat hasil yang biasanya berupa arahan atau rekomendasi untuk meningkatkan atau mengantisipasi arah jenis usaha agar menjadi lebih efektif dan efisien baik dari segi operasional maupun pengembangan bisnis. Karena pada dasarnya sebuah usaha harus berfokus pada Kekuatan dan Peluangnya bisa berpotensi sukses

Dengan menerapkan analisis SWOT ini, dapat lebih memetakan secara strategis rancangan ke depan suatu jenis usaha baik dengan meningkatkan nilai lebih yang dimiliki atau mereduksi kemungkinan ancaman yang dapat terjadi selama perjalanan bisnis dilakukan. Meski terlihat mudah, analisis SWOT juga dapat cukup membingungkan terutama yang baru memulai bisnisnya. Untuk dapat memahami analisis SWOT.

Shelter Rumah Hati dan Savy Amira WCC mengadakan pelatihan seminar atau pelatihan yang diselenggarakan di UBAYA ini mempersiapkan pendamping untuk bisa memberikan ilmuya kepada anak-anak ABH memberikan pondasi usaha yang kuat sehingga siap untuk usaha.

Kegiata. Ini dilaksanakan dalam 2 hari ini yang saling berkaitan yaitu Business Plan, Webinar Perancangan Produk, dan Webinar Manajemen Produksi. Seri webinar yang diadakan bertujuan mendorong anak-anak ABH agar terus berkembang dan bisa beradaptasi dengan berbagai perubahan di dunia bisnis yang memiliki persaingan sangat ketat.

Selasa, 30 April 2024

Etika Pendampingan Korban

Etika Pendampingan Korban

Semua upaya mendampingi korban adalah menyuarakan suara-suara orang yang dibuat tidak bersuara. Namun ketika menceritakan kepada pihak ketiga harus menghormati hak korban dan etika.Pendamping korban bisa memberikan gambaran dengan konteksnya. Setiap orang beragam terkait aksesnya, dan tekanan yang dihadapi. Ketika pendamping menceritakan pengalaman orang lain itu perlu cukup jelas tentang kasusnya dan upaya yang dia lakukan serta upaya dari contoh kasus tersebut. Sedangkan sebagai korban, biasanya ia melihat dirinya yang salah dan buruk serta dianggap sebagai dia yang mengundang. Dia juga melakukan defending atas dirinya. Kekerasan itu dilihat sebagai personal dia dan masyarakat cenderung menyalahkan dia.

Jadi ketika pendamping menceritakan kepada orang lain mungkin bisa menggambarkan sekalipun secara ekonomi, pendidikan, sosial yang lebih bagus, maka korban akan melihat ini adalah orang yang sama mengalami sepertiku. Prinsip yang dipakai saat pendampingan seperti yang dilakukan di Savy Amira, di awal pendamping sampaikan bahwa kasusnya akan di-share di sesama pendamping tanpa menyebut nama, lokasi, dan tempat menjadi sesuatu yang dipublish dan tidak harus ditulis. Ketika cerita itu tidak ada berarti tidak ada kasus. Dan yang akan disampaikan kepada orang lain itu perjuangannya.

Penanganan kasus harus inklusif tidak boleh diskriminasi serta penuh keragaman. Orang bisa merasakan berempati sehingga orang bisa belajar dengan tanda-tanda apakah dirinya mengalami atau tidak. Pelaku kekerasan biasanya orang yang populer, banyak disukai, tokoh, kalau pendamping bisa sharing pengalaman dari kawan korban maka akan membuat orang sadar.

Seperti misalnya dalam kasus ibu yang ingin mendapatkan hak asuh anaknya dalam kasus perebutan hak asuh antara orangtua, maka ada dua hal yang bisa menjadi alternatif yakni ibu yang secara sosial sedang menghidupkan hak hidupnya, jika ingin menyelamatkan maka selamatkan diri sendiri dulu. JIka dia dalam keadaan tertatih-tatih dalam mengupayakan yang sungguh berat itu ada efeknya. Dengan menceritakan tentang hal yang dialaminya mungkin menjadi kelegaan. Kedua, jika orang itu bisa menceritakan, maka ia bisa mengidentifikasi dirinya sendiri. Akan menguatkan ketimbang dilihat sebagai model. Demikian dikatakan oleh pendiri Shelter Rumah Hati. Dr. N.K. Triwijati, M.A, Psikolog dalam zoom yang digelar oleh Savy Amira dan Fatayat NU Jatim.

Dr. Triwijati menambahkan bahwa kasus tidak terbatas dari kekerasan yang dialami biasanya dari Aparat penegak Hukum (APH) dan profesional yang harusnya membantu tetapi tidak. Ada kasus kekerasan incest, ketika periksa ke profesional kesehatan tapi ia malah mengalami kekerasan. Juga ada dari profesi mental health ada kata-kata yang terucap yang tidak membantu malah korban direndahkan. “Itu hal yang penting terdokumentasi dan share. Bukan hanya kasusnya sendiri tapi juga proses dalam menjalani.
Selter Rumah Hati Mengapresiasi DINSOS yang telah mengundang Anak ABH Binaan Shelter Rumah Hati

Selter Rumah Hati Mengapresiasi DINSOS yang telah mengundang Anak ABH Binaan Shelter Rumah Hati

Anak yang Berkonfik dengan Hukum (ABH) tidak menjadi halangan untuk terus melakukan aktivitas yang positif dalam mengisi untuk melatih dan mengasah skil mereka dengan berbagai kegiatan. Atas alasan itu, Shelter Rumah Hati mengapresiasi Dinas Sosial Jombang yang mengundang kami dalam kegiatan bimbingan sosial dan keterampilan pembuatan telor asin bagi anak putus sekolah dan ABH.

Ibu Olvy Pegawai Dinsos Bidang Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kabupaten jombang menjelaskan, kegiatan tersebut merupakan bentuk bimbingan sosial dan keterampilan pembuatan telor asin bagi anak putus sekolah dan ABH serta memperkuat jejaring relasi dengan stikhoulder yang konsen dibidang penanganan Anak Putus Sekolah dan Anak Berkonflik dengan Hukum (ABH).

“Kegiatan ini medapatkan respon yang sangat luar biasa dari founder Rumah hati Prof Yusti, “Undangan ini adalah langkah positif untuk meningkatkan pemahaman anak binaan shelter rumah hati terkait dengan pelatihan pembuatan telor asin. Kami berharap melalui kegiatan yang serupa terus diadakan terutama buat anak yang berkonflik dengan hukum ABH," Imbuh Prof yusti.

Kegiatan ini terlaksanan dengan antusias anak-anak Shelter Rumah hati cukup antusias menerima pelatihan dari awal acasa sampai akhir.

Senin, 29 April 2024

Rapat Perencanaan Dan Evaluasi Bulanan Shelter Rumah Hati

Rapat Perencanaan Dan Evaluasi Bulanan Shelter Rumah Hati

Hari senin bertepatan pada tanggal 29 April 2024 Shelter Rumah Hati mengadaka Rapat Perencanaan Dan Evaluasi Bulanan di Shelter Rumah Hati. Dalam rapat tersebut membahas tentang Monitoring Evaluasi Kinerja Bulanan pendamping dan membuat perencanaan kegiatan 4 bulanan kedepan dari Mei sampai Agustus untuk anak2 ABH yang sedang didampingi oleh Shelter Rumah.

Dalam rapat tersebut yang di pimpin 3 founder langsung Prof. Dr. Yusti Probowati Rahayu, Dr. Dra N. K. E. Triwijati, M.A., serta Dra. Ayuni, M.Si. Rincian pembahasan tersebut sebagai berikut :
  1. Pelaporan data anak ABH yang akan keluar masuk ke Shelter Rumah Hati.
  2. Meningkatkan kualitas dan produktifitas SDM pendamping melalui pelatihan langsung dari founder.
  3. Peningkatan efektifitas pelatihan di shelter rumah hati dan Koordinasi dengan pelatihan (Tempat Kursus diluar Shelter Rumah Hati), berfungsi memberikan dan meminta kerjasama, pertimbangan, saran dan pendapat kepada semuah Stakeholder.
  4. Pemberdayaan Keterampilan angkatan, transper ilmu dari alumni yang sudah keluar dan mempuyai keahlian yang sama dengan anak ABH yang masih dibimbing di Shelter Rumah Hati.
  5. Pengelolaan anggaran jangka waktu 4 bulanan mulai direncanakannya suatu anggaran hingga saat perhitungan anggaran. Perencanaan ini ditetapkan oleh dewan pendiri disertai dengan adanya dokumentasi lengkap mengenai pencapaian anggaran, sumber daya yang dimiliki, dan hal-hal lain yang dianggap perlu untuk menetapkan besaran maksimum yang diserap. Anggaran merupakan rencana keuangan 4 bulanan buat pelatihan kursus baik didalam maupun diluar Shelter Rumah Hati yang disetujui bersama. Anggaran ini berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran, serta pencapain Anak selama 4 bulan anggaran (1 Mei – 31 Agustus). Anggaran perubahan ini akan pertanggung jawabkan setiap bulan.
diharapkan dengan adanya Rapat Perencanaan Dan Evaluasi Bulanan ini, meningkatkan penempatan anak Yang sedang dibimbing di Shelter Rumah Hati mendapat sesuai kompetensinya dan mengurangi kembali kesalahannya dan dibisa terima kembali oleh masyarakat dengan SDM yang didapat dari Shelter Rumah Hati.

Output yang diharapkan dari Rapat Perencanaan Dan Evaluasi Bulanan pembimbing memahami tentang pengelolaan Pendidikan Konseling dan Skill Anak ABH lewat karya sehingga dapat mengelola potensi kemampuan SDM anak ABH dengan maksimal baik pada penempatan pelatihan Pendidikan Konseling dan Skill.

Minggu, 28 April 2024

PROF. DR. YUSTI PROBOWATI, PSIKOLOG FORENSIK YANG MENJADI IBU BAGI ANAK-ANAK ABH

PROF. DR. YUSTI PROBOWATI, PSIKOLOG FORENSIK YANG MENJADI IBU BAGI ANAK-ANAK ABH

Dalam hidup ini, Allah telah menciptakan alam seisinya dengan sangat sempurna. Semua dirancang dan dikendalikan sesuai dengan tata hukum Sang Pencipta, yaitu Allah SWT. Penciptaannya berupa keteraturan yang terancang. Bukti dari semua itu adalah diciptakannya segala sesuatu dengan berpasang pasangan.

Semuannya mempunyai kekuatan yang dahsyat. Pria dan wanita. Tidak sekedar perbedaan kata. Keberadaan keduannya sangat menentukan perkembangan dunia ini. Khususnya wanita. Sosok yang penuh dengan kelembutan dan kasih sayang ini mempunyai potensi dan kekuatan yang begitu besar.

Selama ini keberadaan wanita sangat dikesampingkan sekali. Geraknya tidak pernah dijadikan perhatian. Tapi ketika semua orang mengetahui potensi besarnya, wanita merupan pusat hal yang diperhatikan.

Wanita tidak lain merupakan agen perubah utama. Wanita mempunyai peran penting dalam perubahan dan kemajuan suatu bangsa. Hal ini bertolak belakang dengan berbagai hal yang pernah diperbincangkan.

Inilah yang terjadi pada sosok wanita sebut saja nama dia Prof. Yusti Probowati. Dia adalah pendiri “Shelter Rumah Hati” yaitu tempat untuk menampung Anak Berkonfik dengan Hukum.

Ada beberapa kegiatan-kegiatan di rumah hati yaitu Pendidikan Konseling dan Skill. Di masing-masing kegiatan beliau selalu mendampingi dan mensupport anak-anak. Semua kegiatannya bersifat positif untuk bekal mereka ketika mereka semua menjadi orang mengerti akan sebuah tanggung jawab. Yang pasti selain tanggung jawab untuk dirinya sendiri mereka harus tahu tanggung jawab kepada keluarganya, karena sudah pasti suatu saat dia akan mempunyai anak dan istri untuk dihidupinya.

Kesibukan Prof Yusti selain mengelola Shelter Rumah Hati, beliau juga perempauan dan orang pertama di Indonesia yang menyandang prdikat Profesor Psikologi Porensik, sampai sekarang menjadi Dosen dan dekan di Universitas Surabaya. Kesibukan yang sangat luar biasa itu tidak membuatnya menyerah. Karena belau mempunyai sebuah prinsip “ Jalani pekerjaan itu dengan perasaan senang, maka pekerjaan seberat apapun akan terasa ringan”.

Sesibuk apapun Prof Yusti, beliau tidak pernah melupakan pekerjaannya sebagai seorang Ibu dan Istri buat anak dan Suaminya. Dia selalu meluangkan waktunya untuk bercengkerama dengan keluarganya. Karena disamping ada anak-anak yang di didiknya di Shelter Rumah Hati, ada anak dan suaminya dirumah yang bisa membuat dia berbahagia.

Sungguh mulia wanita satu ini, karena telah mengubah stigma negatif menjadi stigma positif untum untuk anak ABH. Wallahua’lam.

Kamis, 25 April 2024

Cara Shelter Rumah Hati Terapi ABH Lewat Teater : Dialog Berisi Kisah Nyata Pemeran

Cara Shelter Rumah Hati Terapi ABH Lewat Teater : Dialog Berisi Kisah Nyata Pemeran

Rumah Hati kembali menampilkan teater dengan judul Hikayat Selembar Tubuh bersama, Teater yang diperankan oleh anak binaan Shelter Rumah Hati itu menceritakan tentang kisah nyata dari para pemeran.

Pementasan berlangsung selama 1 jam 20 menit. Ada lima aktor yang bermain. Empat di antaranya berdialog satu sama lain dengan menceritakan kisah masa lalu mereka.

Ada Linggar dan Ilham yang membeli barang curian. Tukang tadah. Kemudian ada Gatan yang terpisah dari keluarga karena kasus kriminalnya. Dan ada Charly yang pernah mencuri kotak amal masjid. Jian kemudian berperan sebagai tokoh yang membuka pementasan teater itu.

Selama pertunjukan berlangsung, penonton dibuat terharu dan tertawa dengan berbagai adegan dan juga percakapan di antara mereka.

Tak hanya sekali dua kali, ruangan dibuat ramai karena gelak tawa penonton. Proses latihan drama ini memakan waktu selama 4 bulan. Achmad Zainuri, sutradara teater Hikayat Selembar Tubuh menceritakan sedikit tentang proses pembuatan drama itu.

"Biasanya kalau saya menggarap drama, sudah tersedia naskah dan lain-lain, baru kita mengerjakan dramanya. Namun yang kali ini terbalik, naskah dengan adegan itu dikerjakan di waktu yang tidak berjauhan," terangnya.

Sebagai pegiat seni, bagi Nuri teater tak hanya sekedar pertunjukan. Teater menumbuhkan sikap terbuka, jujur, dan kebijaksanaan. Melalui tiga hal ini, ia kemudian melakukan pendekatan dengan anak-anak binaan Rumah Hati untuk kemudian mereka mampu untuk berproses.

Pak Zainuri merasa bagi sebagian orang, mungkin yang diangkat di teater ini bukanlah sebuah kisah yang baik untuk diceritakan. Namun, justru dari sinilah ia kemudian membungkus cerita-cerita mereka dengan apik. Sehingga penonton juga ikut merasakan kesulitan apa yang sebenarnya mereka telah jalani.

Prof. Yusti menjelaskan bahwa sejatinya pertunjukan ini adalah sebuah terapi bagi anak-anak binaan Rumah Hati. Psikolog yang juga seorang dosen itu mengatakan bahwa naskah yang mereka susun adalah cerita-cerita masa lalu dari anak-anak binaan Rumah Hati.

"Dari sisi psikologi, ketika seseorang bisa menyampaikan perasaannya itu sebenarnya satu proses yang tidak mudah," jelasnya saat diwawancarai.

Tak hanya pementasan teater, ada beberapa karya seni dari anak-anak binaan Rumah Hati yang juga dipamerkan di sisi panggung. Para penonton yang tertarik juga dapat membelinya.

Usai pementasan drama, diadakan sesi sarasehan. Beberapa pengunjung yang ingin bertanya maupun berkomentar diizinkan untuk mengangkat bicara. Para aktor yang bermain pun ikut dalam dialog yang berlangsung. Linggar, salah satu pemain dalam drama tersebut mengungkapkan perasaannya dalam menjalani proses produksi.

"Prosesnya sangat sulit sekali, tapi lama kelamaan menjadi biasa," ungkap remaja 16 tahun tersebut.

Prof. Yusti berharap lewat teater ini, masyarakat menjadi lebih terbuka dengan anak yang berhadapan dengan hukum (ABH).

"Teater ini sebenarnya memberikan refleksi pada banyak orang, bahwa anak-anak yang seperti mereka pun sebenarnya kalau dilatih pun bisa," ungkapnya

Rabu, 17 April 2024

Orang Tua Wajib Memberikan Pendidikan Moral Pada Anak

Orang Tua Wajib Memberikan Pendidikan Moral Pada Anak


Orang tua mana yang tidak bahagia dan bangga jika anaknya cerdas, hebat dan berprestasi? Akan tetapi, bertumbuh menjadi individu yang sehat, cerdas dan hebat saja tidak cukup. Anak harus memiliki karakter yang terpuji. Jika tidak, maka kecerdasan, kehebatan dan prestasinya tersebut hanya ia pakai untuk melukai orang lain bahkan orangtuanya. 

Saat ini, ada banyak anak berkonflik dengan hukum karena anak melakukan tindakan yang melawan hukum positif. Akibatnya, bukan kebanggaan dan sukacita yang dituai oleh orangtua, tetapi rasa malu, sakit, dan kecewa. Jika begini, bukan hanya orangtua dan orang lain yang dirugikan, tetapi juga anak itu sendiri. Itulah sebabnya anak perlu mendapatkan pendidikan nilai. Dengan demikian, anak akan bertumbuh menjadi individu yang memiliki penghargaan terhadap nilai-nilai moral seperti memiliki sopan santun, etika, hidup dalam kejujuran, memiliki rasa hormat kepada orangtua, menghargai hak-hak orang lain, memiliki empati kepada sesama, dan menjunjung tinggi keadilan dan kebenaran.

Pendidikan nilai mengacu pada pendidikan yang menekankan pada pembentukan karakter, moral, dan nilai-nilai etika pada anak. Tujuan utamanya adalah untuk membentuk anak menjadi individu yang berintegritas dan bertanggung jawab. Untuk dapat memberikan pendidikan nilai yang efektif pada anak, ada beberapa strategi yang dapat dilakukan, antara lain:

Menjadi Teladan (Role Model) yang Baik bagi Anak — Jadilah contoh yang baik bagi anak dengan mempraktikkan nilai-nilai positif dalam kehidupan sehari-hari. Anak memiliki kecenderungan belajar dari perilaku orangtua.

Menerapkan Pola Asuh Positif — Pola asuh positif adalah pola asuh yang digunakan dalam mendidik anak, dimana cinta kasih, penerimaan, penghargaan, dukungan, dan komunikasi yang baik dikedepankan. Dalam penerapan pola asuh positif juga dilakukan pemberian batasan yang jelas, menetapkan aturan yang tegas, memberikan contoh positif, serta memberikan ruang bagi anak untuk berkembang secara seimbang dalam aspek fisik-motorik, kognitif, sosio-emosional, psikoseksual, dan moral-spiritual.

Menciptakan Komunikasi Asertif dalam Keluarga — Komunikasi asertif adalah gaya komunikasi dimana seseorang dapat menyatakan pendapat, kebutuhan, atau perasaan dengan jelas dan tegas tanpa merendahkan atau mengintimidasi orang lain. Dalam komunikasi asertif orang dapat mengekspresi diri dengan jujur dan tegas, tetapi tetap menghormati hak dan perasaan orang lain. Komunikasi asertif perlu diterapkan dalam keluarga. Bangun atmosfer saling percaya dan terbuka dalam keluarga agar anak mau dan mampu berkomunikasi secara asertif. Doronglah anak komunikasi dengan terbuka tanpa takut dicemooh atau dihakimi. Dengan menerapkan komunikasi asertif, orangtua dapat menerapkan pendidikan nilai kepada anak.

Menggunakan Metode yang Tepat — Metode yang tepat dimana anak merasa senang dan tidak ada diintimidasi, akan memudahkan dalam memberikan pendidikan nilai pada anak. Misalnya: bercerita (story telling) dengan menggunakan cerita-cerita yang sarat dengan nilai-nilai moral, menonton video atau film, bermain peran (role play), atau permainan (games). Dorong anak berpikir kritis dan solutif terkait nilai-nilai moral yang terkandung dalam cerita yang didengar atau ditonton.

Membiasakan Anak Terlibat dalam Proses Pengambilan Keputusan — Ini bagus dilakukan guna melatih anak berpikir dengan jernih sebelum melakukan sesuatu, memikirkan dengan baik konsekuensi dari keputusan yang diambil, baik bagi dirinya sendiri dan orang lain.

Melatih Anak Berkolaborasi — Dengan berkolaborasi dalam melakukan atau membuat sesuatu, anak belajar bekerjasama, toleransi, sabar, menghormati pendapat atau ide orang lain, menghargai perbedaan, dan berani menyatakan pendapat atau ide.

Menerapkan Penguatan (reinforcement) Positif — Penguatan (reinforcement) positif adalah pemberian hadiah atau stimuli positif setelah suatu perilaku dengan tujuan agar individu pelaku merasa senang dan perilaku tersebut terulang kembali. Contohnya: memberi pujian kepada anak setelah ia melakukan tugasnya mencuci piring dengan baik. Pemberian penguatan positif mengajarkan anak untuk mampu mengidentifikasi dan mengapresiasi perilaku-perilaku baik yang ditunjukkan orang lain. Apresiasi dapat ditunjukkan melalui pemberian pujian, hadiah, atau penghargaan positif lainnya.

Konsisiten dalam Memberikan Pendidikan Nilai pada Anak — Pastikan bahwa pendidikan nilai kepada anak diberikan dengan konsisten. Ketidakkonsistenan akan menimbulkan kebingungan pada anak. Konsistensi membantu anak memahami bahwa penerapan nilai-nilai baik tidak hanya pada suatu situasi tertentu, melainkan harus diterapkan secara terus menerus dalam kehidupan sehari-hari di mana pun anak berada.

Melatih Anak Memahami Peran dan Tanggung Jawabnya — Bantu anak apa yang menjadi peran dan tanggung jawabnya. Misalnya kewajibannya terhadap tugas-tugas di rumah, tanggung jawabnya terhadap kebersihan dirinya sendiri, dan tugas-tugas sekolahnya.

Melatih Anak untuk Disiplin — Kedisiplinan adalah salah satu nilai yang harus ditanamkan pada anak sejak dini. Latihan disiplin dapat dimulai dari ketaatan pada ketepatan waktu.

Melatih Anak untuk Bersikap Sopan Santun dan Beretika — Sejak dini anak harus dilatih untuk bersikap sopan, santun dan beretika. Latihan ini dapat dimulai dari cara bersikap dan bertutur kata kepada orang lebih muda, seumuran, dan orang yang lebih tua dari anak.
Melatih Anak untuk Jujur — Meskipun berkata atau bertindak jujur belum tentu selalu berbuah manis, tapi kejujuran adalah nilai yang sangat penting dan berharga. Oleh karena itu, sejak dini anak harus dilatih untuk hidup jujur. Misalnya: mau mengakui perbuatannya.

Melatih Anak untuk Berani — Pengaruh orang lain terutama teman dapat mempengaruhi perilaku dan nilai-nilai pada anak. Oleh karena itu, anak harus dilatih agar mampu mengidentifikasi pengaruh buruk dan berani menolaknya. Misalnya: anak berani menolak ketika diajak mencuri oleh temannya.

Melatih Anak untuk Menghormati Orangtua — Orangtua adalah kelompok usia yang harus kita hormati sekalipun kita tidak selalu setuju dengan apa yang mereka katakana dan lakukan. Sejak dini anak harus dilatih untuk hormat kepada orangtuanya termasuk kepada orang lain yang lebih tua darinya. Penghormatan dapat dilakukan melalui cara berbicara dan bersikap yang sopan. Bahkan, penolakan terhadap permintaan mereka harus disampaikan dengan cara yang santun dan penuh rasa hormat.

Melatih Anak untuk Menghormati Keberagaman dan Perbedaan — Keberagaman dan perbedaan selalu ada. Misalnya: agama, suku, warna kulit, selera, hobi, bentuk fisik, tingkat kecerdasan, status sosil ekonomi, serta status kesehatan fisik dan mental. Anak perlu diajarkan untuk menghormati perbedaan. Latih anak untuk menerapkan nilai-nilai keadilan, persamaan, dan penghargaan terhadap keragaman.

Melatih Anak Menggunakan Kata Maaf, Permisi, Tolong dan Terima Kasih dengan Tepat dan Konsisten — Anak perlu dilatih untuk menggunakan kata maaf, permisi, tolong dan terima kasih secara tepat dan konsisten karena penggunaan kata-kata ini adalah salah satu standar etika dan sopan santun.

Memperhatikan Pertumbuhan, Perkembangan dan Keunikan Anak — Hal ini harus jadi pertimbangan dalam memberikan pendidikan nilai kepada anak. Pendekatan yang digunakan harus sesuai dengan karakteristik dan keunikan anak.

Dengan memperhatikan hal-hal ini, kita dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pendidikan dan perkembangan nilai-nilai positif pada anak.

Minggu, 14 April 2024

Menciptakan Komunikasi Terbuka Dengan Anak Remaja

Menciptakan Komunikasi Terbuka Dengan Anak Remaja

Komunikasi terbuka dengan anak remaja menjadi hal yang sangat penting. Dengan komunikasi terbuka, dapat menciptakan lingkungan dimana remaja merasa nyaman dan percaya diri untuk berbicara tentang perasaan, pengalaman, dan kekhawatirannya kepada orangtua. Komunikasi terbuka memungkinkan orangtua untuk melakukan mendeteksi dini terhadap masalah yang mungkin dihadapi remaja, seperti stres, tekanan akademis, atau masalah kesehatan mental. Dengan mempraktikan komunikasi terbuka, remaja dapat mengembangkan keterampilan komunikasi yang pasti berguna dalam hubungan dan kehidupan sehari-hari.

Komunikasi terbuka membantu orang tua dalam memahami perspektif remaja, sehingga orang tua dapat berempati. Dengan demikian, dapat mencegah konflik yang mungkin timbul karena ketidak pahaman atau ketidak jelasan. Remaja membutuhkan dukungan emosional selama masa transisi. Komunikasi terbuka memungkinkan orangtua untuk memberikan dukungan yang butuhkan remaja. Melalui komunikasi terbuka, orangtua dapat menyampaikan nilai-nilai, norma, dan arahan dengan cara yang positif dan membangun. Selain itu, kesempatan untuk membahas topik yang penting seperti pendidikan seks dan penggunaan media sosial menjadi mungkin untuk dilakukan.

Komunikasi terbuka memberi kesempatan kepada anak untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan bersama, dan membantu mereka merasa memiliki kontrol atas hidup mereka. Hal ini dapat membantu dalam membangun hubungan yang kuat dan positif antara orangtua dan anak. Dengan komunikasi terbuka, orangtua juga dapat membantu anak melewati masa remaja dengan baik dan mendukung perkembangan anak yang optimal dan positif. Itulah sebabnya, komunikasi terbuka dengan anak yang memasuki usia remaja perlu dibangun dan dikembangkan.

Untuk menciptakan komunikasi terbuka dengan anak remaja, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
  1. Menjadi Pendengar yang Baik – Jadilah pendengar yang baik. Dengarkanlah anak dengan penuh perhatian saat anak berbicara. Hindari interupsi dan tunjukkan bahwa opini dan perasaan mereka dihargai.
  2. Tidak Mengkritik – Ciptakan suasana dimana anak merasa nyaman berbicara tanpa takut dikritik.
  3. Menciptakan Komunikasi sejak Dini – Komunikasi terbuka yang diciptakan sejak dini menjadi dasar terbentuknya komunikasi terbuka dengan anak saat ia memasuki masa remaja.
  4. Menghormati Privasi Anak – Hormati privasi anak dan berikan mereka ruang untuk bergerak tanpa campur tangan yang berlebihan dari orangtua.
  5. Tidak Menilai terlalu Cepat dan Menghakimi – Hindari menilai terlalu cepat atau membuat asumsi terlalu cepat. Ini akan membuat anak merasa tidak nyaman dan merasa dihakimi. Berikan anak kesempatan untuk berbicara dan menjelaskan apa yang perlu ia jelaskan.
  6. Memperhatikan Bahasa Tubuh – Bahasa tubuh yang terbuka dan ramah dapat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk komunikasi terbuka.
  7. Menjadi Teladan – Tunjukkan komunikasi terbuka melalui perilaku sendiri. Berbicaralah dengan sopan, jujur, dan terbuka.
  8. Menggunakan Pertanyaan Terbuka – Gunakan pertanyaan terbuka guna mendorong anak untuk berbicara lebih banyak dan menyampaikan pendapat.
  9. Tidak Hanya Fokus pada Masalah – Selain membicarakan masalah, bicarakan juga hal-hal positif dan keberhasilan anak. Hal ini akan membuat anak merasa nyaman.
  10. Selalu Menyediakan Waktu untuk Anak – Buat anak meyakini bahwa orangtua selalu menyediakan waktu untuknya. Ini akan membuat anak merasa nyaman dan terdorong untuk berkomunikasi secara terbuka dengan.
  11. Menjadi Pendukung Utama bagi Anak – Pastikan anak tahu bahwa orangtuanya akan selalu mendukungnya.
  12. Membangun Kepercayaan – Kepercayaan anak terhadap orangtua menjadi faktor penentu bagi mau atau tidaknya anak berkomunikasi secara terbuka dengan orangtua. Bangun kepercayaan anak terhadap orangtua dengan cara menunjukkan konsistensi, kejujuran, dan keterbukaan.
  13. Berempati – Tunjukkan empati kepada anak. Berusahalah untuk memahami perasaan dan perspektif anak.
  14. Memberikan Apresiasi dan Umpan Balik yang Positif – Berikan pujian dan umpan balik yang positif ketika anak mau berbicara secara terbuka. Ini adalah bentuk penghargaan positif yang dapat mendorong anak untuk mau terus berkomunikasi secara terbuka dengan orangtua.
  15. Bijak dalam Memilih Waktu – Pilih waktu yang tepat untuk berbicara dengan anak. Misalnya: saat suasana tenang dan tanpa gangguan. Hindari membahas masalah sensitif ketika anak sedang marah atau stres.
  16. Menghindari Reaksi Marah – Jika anak membicarakan sesuatu yang mungkin membuat Anda marah, usahakanlah untuk tidak langsung bereaksi dengan kemarahan. Tenanglah, dan dengarkanlah dengan baik agar Anda dapat memahami situasi dan perasaan anak dengan baik sehingga dapat berespon dengan tepat.
Literasi Digital Yang Efektif Kepada Anak Dengan Cara Pendekatan Menyeluruh

Literasi Digital Yang Efektif Kepada Anak Dengan Cara Pendekatan Menyeluruh

Teknologi digital tidak hanya memengaruhi kehidupan orang dewasa, tetapi juga sangat berpengaruh pada anak-anak. Mereka bahkan dikenal sebagai anak era digital. Anak di era digital mengacu pada generasi yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang sangat dipengaruhi oleh teknologi digital, seperti internet, perangkat mobile, media sosial, dan permainan video (video games). Anak-anak di era digital memiliki akses yang lebih mudah terhadap berbagai jenis informasi melalui internet. Mereka dapat mencari jawaban atas pertanyaan mereka, belajar keterampilan baru, dan menjelajahi minat mereka dengan mudah dan cepat. Sekolah dan institusi pendidikan semakin mengintegrasikan teknologi digital dalam kurikulum. Ini termasuk penggunaan perangkat lunak pembelajaran, platform pembelajaran online, dan sumber daya digital lainnya, untuk meningkatkan pengalaman belajar anak-anak. Anak-anak di era digital diharapkan memiliki keterampilan digital yang kuat, termasuk kemampuan menggunakan perangkat komputer, menavigasi internet dengan aman, memiliki pemahaman yang baik tentang privasi online, dan literasi media. Media sosial dan platform komunikasi digital memainkan peran penting dalam interaksi sosial anak-anak. Mereka dapat berkomunikasi dengan teman-teman mereka, berbagi pengalaman, dan membangun hubungan secara online. Akan tetapi, penggunaan teknologi digital yang berlebihan dapat berdampak negatif pada kesehatan mental anak-anak, termasuk risiko kecanduan, stres, kecemasan, dan gangguan tidur. Oleh karena itu, penting bagi orangtua dan pengasuh untuk memantau dan mengelola waktu layar anak-anak dengan bijaksana.Anak-anak rentan terhadap berbagai risiko online, termasuk penipuan, pelecehan berbasis cyber, intimidasi online, dan konten yang tidak pantas. Orangtua perlu mengajarkan anak-anak tentang bagaimana menjaga keamanan online dan memberikan pengawasan yang diperlukan. Teknologi digital juga dapat menjadi alat untuk memfasilitasi kreativitas dan inovasi anak-anak. Mereka dapat membuat konten digital, seperti video, musik, atau karya seni digital, dan membagikannya dengan audiens yang lebih luas. Orangtua memiliki peran yang sangat penting dalam membimbing anak-anak dalam penggunaan teknologi digital secara sehat dan bertanggung jawab. Anak-anak perlu diberikan dukungan, arahan, dan aturan yang jelas terkait dengan penggunaan teknologi digital dengan sehat.

Dengan memahami tantangan dan peluang yang terkait dengan era digital, orangtua, pendidik, dan masyarakat secara keseluruhan dapat bekerja sama untuk membantu anak-anak mengembangkan kemampuan dan keterampilan yang diperlukan untuk berhasil dan berkembang dalam lingkungan yang semakin terhubung secara digital. Dampak digital terhadap perkembangan anak meliputi berbagai aspek kehidupan, termasuk sosial, emosional, kognitif, dan fisik. Anak-anak mengalami perubahan dalam pola interaksi sosial. Mereka dapat terlibat dalam komunikasi online dengan teman-teman mereka melalui media sosial, pesan teks, dan platform permainan daring. Teknologi digital memungkinkan anak-anak untuk terhubung dengan orang-orang dari seluruh dunia, tetapi juga dapat mengganggu pengembangan keterampilan sosial dalam interaksi langsung dengan tatap muka (face to face).

Terlalu banyak waktu yang dihabiskan di depan layar akan meningkatkan risiko stres, kecemasan, dan depresi pada anak-anak. Anak-anak akan mengalami kesulitan dalam mengatur emosi secara sehat jika mereka terpapar konten digital yang mengganggu atau merugikan. Teknologi digital menyediakan akses ke sumber daya pembelajaran yang tak terbatas. Namun, anak-anak juga rentan terhadap gangguan dan penyalahgunaan teknologi yang dapat mengganggu fokus dan konsentrasi belajar. Penggunaan teknologi digital dapat memengaruhi kemampuan anak-anak dalam memproses informasi dengan mendalam dan kritis. Selain itu, terlalu banyak waktu yang dihabiskan di depan layar dapat mengurangi waktu untuk beraktivitas fisik. Ini berdampak negatif pada kesehatan fisik anak-anak. Penggunaan teknologi digital yang berlebihan dapat menyebabkan masalah postur tubuh dan ketegangan otot pada anak-anak, terutama jika mereka menggunakan perangkat digital dalam posisi yang tidak ergonomis.

Anak-anak juga rentan terhadap berbagai ancaman online, termasuk penipuan, pelecehan berbasis cyber, dan intimidasi online. Orangtua dan pengasuh perlu memastikan bahwa anak-anak mereka menggunakan internet secara aman dan bertanggung jawab. Dalam era digital, privasi anak-anak dapat terancam oleh kemungkinan kebocoran data pribadi atau penggunaan yang tidak sah dari informasi pribadi mereka. Orangtua dan pengasuh perlu mengatur waktu layar anak-anak dengan bijaksana untuk memastikan bahwa mereka memiliki keseimbangan yang sehat antara waktu online dan offline. Penting bagi orangtua untuk membatasi akses anak-anak terhadap konten yang tidak sesuai atau merugikan secara emosional atau psikologis.

Dengan memahami dampak digital pada perkembangan anak dalam berbagai aspek ini, orangtua dan pengasuh dapat mengambil langkah-langkah untuk membantu anak-anak mereka dalam menggunakan teknologi digital secara sehat, bertanggung jawab, dan produktif. Ini termasuk memberikan dukungan, pengawasan, dan bimbingan yang diperlukan untuk mempromosikan penggunaan teknologi yang positif dan meminimalkan risiko yang terkait dengan dampak negatifnya. Oleh karena itu sangat penting memberikan pendidikan literasi digital kepada anak-anak. Literasi digital adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan teknologi digital, media, dan informasi secara efektif, kritis, dan bertanggung jawab. Ini melibatkan pemahaman tentang cara menggunakan perangkat digital, mengevaluasi dan memahami informasi yang ditemukan secara online, serta mengembangkan keterampilan untuk berpartisipasi dalam dunia digital dengan bijaksana. Literasi digital mencakup pemahaman tentang cara menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak digital, termasuk komputer, smartphone, tablet, dan perangkat lainnya. Ini meliputi kemampuan mengelola file dan menggunakan aplikasi dan program.

Banyak informasi yang tersedia secara online tidak selalu akurat, terpercaya, atau sesuai. Literasi digital melibatkan kemampuan untuk mengevaluasi informasi yang ditemukan secara online dengan kritis, mempertimbangkan sumbernya, keandalannya, dan relevansinya sebelum mengambil keputusan atau menyimpulkan. Literasi digital juga melibatkan pemahaman tentang praktik keamanan digital, termasuk cara melindungi privasi online, mengamankan akun dan kata sandi, mengenali ancaman keamanan seperti phishing dan malware, dan berperilaku secara aman di dunia digital. Literasi digital mencakup pemahaman tentang etika dan perilaku yang baik dalam lingkungan digital. Ini termasuk pemahaman tentang hak cipta, hak privasi, netiquette (etika internet), dan tanggung jawab dalam berbagi informasi secara online. Literasi digital melibatkan keterampilan untuk melakukan pencarian informasi yang efektif dan efisien dengan menggunakan mesin pencari online. Ini meliputi pemahaman tentang strategi pencarian, penggunaan kata kunci, dan evaluasi hasil pencarian. Literasi digital juga mencakup kemampuan untuk menggunakan teknologi digital secara kreatif untuk membuat konten baru, seperti video, musik, gambar, dan teks, serta membagikannya dengan audiens yang lebih luas. Literasi digital memungkinkan individu untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis terhadap informasi yang mereka temui online, termasuk kemampuan untuk mengidentifikasi bias, manipulasi informasi, dan retorika yang menipu.

Literasi digital menjadi semakin penting dalam masyarakat yang semakin terhubung secara digital. Kemampuan untuk menggunakan teknologi digital secara efektif, kritis, dan bertanggung jawab menjadi keterampilan yang sangat berharga dalam mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang di era digital saat ini. Memberikan pendidikan literasi digital kepada anak sangat penting karena teknologi digital telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Anak-anak akan hidup dan bekerja dalam dunia yang semakin terhubung secara digital. Dengan memberikan pendidikan literasi digital, mereka akan memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan teknologi dan lingkungan digital. Literasi digital membantu anak-anak mengembangkan kemampuan berpikir kritis terhadap informasi yang mereka temui dalam online. Mereka akan belajar untuk mengevaluasi keandalan, kebenaran, dan relevansi informasi yang ditemukan di internet.

Pendidikan literasi digital akan membantu anak-anak memahami risiko dan ancaman yang terkait dengan penggunaan internet, seperti pelecehan berbasis cyber, intimidasi online, dan penipuan. Mereka akan belajar praktik keamanan online yang penting untuk melindungi diri mereka sendiri dan privasi mereka. Anak-anak perlu memahami etika dan perilaku yang baik dalam lingkungan digital. Pendidikan literasi digital membantu mereka memahami hak cipta, privasi online, dan tanggung jawab dalam berbagi informasi secara online. Literasi digital memberikan anak-anak kesempatan untuk mengembangkan keterampilan kreatif dan inovatif dengan menggunakan teknologi digital untuk membuat konten baru, seperti video, musik, atau desain grafis. Dalam era di mana informasi begitu mudah diakses secara online, keterampilan pencarian informasi yang efektif sangat penting. Pendidikan literasi digital membantu anak-anak mengembangkan keterampilan ini sehingga mereka dapat menemukan informasi yang akurat dan relevan dengan mudah. Dengan pendidikan literasi digital, anak-anak akan memahami pentingnya memiliki keseimbangan yang sehat antara waktu layar dan waktu offline. Mereka akan belajar bagaimana menggunakan teknologi digital secara produktif dan seimbang dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Dengan memberikan pendidikan literasi digital kepada anak-anak, kita dapat membantu mereka menjadi pengguna yang cerdas, aman, dan bertanggung jawab dalam dunia yang semakin terhubung secara digital. Ini adalah investasi penting untuk masa depan mereka yang akan membawa manfaat jangka panjang bagi kehidupan mereka. Memberikan pendidikan literasi digital kepada anak memerlukan pendekatan yang holistik dan terintegrasi yang mencakup berbagai aspek penggunaan teknologi digital. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil untuk memberikan pendidikan literasi digital kepada anak.

Pendidikan di Keluarga
Orangtua harus terlibat dalam memberikan pendidikan literasi digital kepada anak. Diskusikan dengan anak tentang pentingnya menggunakan teknologi digital secara bertanggung jawab dan aman. Tetapkan aturan dan batasan yang jelas tentang penggunaan teknologi di rumah, seperti waktu layar dan jenis konten yang diperbolehkan. Orangtua harus dapat memberikan contoh positif bagaimana menggunakan teknologi secara bijaksana dan mempraktikkan etika digital yang baik.

Pendidikan di Sekolah
Sekolah perlu menyediakan program pendidikan literasi digital dalam kurikulum pembelajaran. Ini dapat mencakup pelajaran tentang keamanan online, evaluasi informasi, kreativitas digital, dan etika digital. Berikan pelatihan kepada guru dan staf sekolah tentang literasi digital sehingga mereka dapat mendukung dan membimbing siswa dalam menggunakan teknologi digital dengan bijaksana.

Pelatihan Khusus
Berikanlah pelatihan khusus tentang literasi digital kepada anak-anak, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Ini dapat berupa workshop, seminar, atau program pelatihan online yang ditujukan untuk memperkuat keterampilan literasi digital pada anak. Fokuslah pada aspek-aspek khusus literasi digital, seperti penggunaan yang aman, penilaian informasi, kreativitas digital, dan etika online.

Kolaborasi dengan berbagai Komunitas
Perlu melibatkan komunitas lokal, organisasi non-profit, atau lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang berfokus pada literasi digital dalam mendukung pendidikan literasi digital unuk anak. Selain itu, sediakan juga sumber daya dan dukungan untuk orangtua dan pengasuh dalam membimbing anak-anak mereka dalam menggunakan teknologi digital secara positif dan aman.

Menjadi Teladan (Role Model)
Orang dewasa harus dapat menjadi teladan (role model) yang baik dalam praktik penggunaan teknologi digital yang sehat dan bertanggung jawab. Anak-anak cenderung meniru perilaku orang dewasa di sekitar mereka. Tunjukkan kepada anak-anak bagaimana menggunakan teknologi untuk tujuan pendidikan, kreativitas, dan produktivitas, bukan hanya untuk hiburan semata.

Pengaturan dan Pembatasan
Anak-anak harus diajarkan bagaimana mengatur dan membuat batasan dalam beraktivitas online. Misalnya, siapa yang mereka izinkan berkomunikasi dengan mereka secara online, informasi seperti apa yang boleh mereka bagikan, pemblokiran terhadap situs atau iklan tertentu, dan lain-lain.

Pemantauan dan Pengawasan
Orangtua dan pengasuh perlu memantau dan mengawasi aktivitas online anak-anak mereka secara teratur. Ini termasuk memeriksa konten yang dikonsumsi, interaksi sosial online, dan waktu yang dihabiskan di depan layar. Berikan umpan balik dan bimbingan yang konstruktif kepada anak-anak tentang cara menggunakan teknologi digital dengan bijaksana dan bertanggung jawab.

Dengan menerapkan pendekatan holistik yang melibatkan keluarga, sekolah, komunitas, dan anak, kita dapat memberikan pendidikan literasi digital yang efektif kepada anak-anak. Ini akan membantu anak-anak dalam mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan dalam menggunakan teknologi digital secara positif, produktif, dan aman.

Sabtu, 13 April 2024

Buatlah Standar Untuk Anak, Setiap Anak Itu Unik

Buatlah Standar Untuk Anak, Setiap Anak Itu Unik


Tidak ada anak yang bodoh. Bayangkan rasanya ketika orang tua atau orang-orang di sekitar membanding-bandingkan Anda dengan orang lain. Lalu, bagaimana pula rasanya ketika dulu orang tua Anda terus-menerus berkomentar tentang nilai-nilai sekolah Anda yang jelek?

Ada dua kemungkinan. Ada sebagian besar orang yang mungkin akan menjadikannya motivasi untuk bangkit dan percaya diri. Namun, ada juga mereka yang akan merasa tertekan dan menganggap dunianya sudah runtuh. Menurut Anda, kemungkinan mana yang biasanya lebih sering terjadi?

Jangan Terjebak Standar Orang Lain
Saya teringat, pernah suatu kali turut serta dalam seminar parenting. Pada sesi tanya jawab, ada seorang ibu mengajukan sebuah pertanyaan kepada narasumber: “Anak saya sangat pemalu ketika berada di kelas, padahal saya sudah berusaha untuk memberikan dorongan agar ia lebih berani seperti teman-temannya. Apa yang harus saya lakukan, ya?”

Ibu tersebut menganggap anaknya yang baru berusia lima tahun bermasalah karena tidak memiliki rasa percaya diri ketika harus ketika diminta ke depan kelas. Padahal, menurut ibu tersebut, sang anak sangat aktif ketika berada di rumah.

Melanjutkan ceritanya, sang ibu juga menambahkan telah seringkali menyemangati anaknya dengan mengatakan, “Dek, mbok kaya Mbak N itu loh, anaknya pintar dan berani. Ayo, besok kalau ibu guru minta Adek maju, enggak usah malu, ya!”

Menanggapi cerita sang ibu, narasumber pada acara tersebut mengatakan bahwa apa yang dirasakan Ibu tersebut kemungkinan besar juga dirasakan oleh ibunya dahulu. Bahwasanya, dahulu ia adalah seorang anak yang pemalu dan masih takut berinteraksi di sekolah. Hal ini wajar terjadi, karena lingkungan sekolah tidak senyaman lingkungan di rumah. Narasumber seminar juga menegaskan bahwa perlu waktu yang berbeda–beda untuk anak dapat beradaptasi dengan lingkungannya.

Mengingat usia anak yang masih sangat muda, narasumber mengingatkan bahwa masih ada waktu panjang untuk sang anak belajar dari lingkungan. Ibu tersebut pun tidak perlu terburu-buru menganggap sang anak sebagai anak yang bermasalah.

Terakhir, sang narasumber juga memberikan apresiasi kepada orang tua yang tetap memberikan dorongan bagi sang anak untuk memunculkan rasa percaya diri. Namun demikian, perlu diingat bahwa dorongan yang diberikan tidak boleh bersifat memaksa. Akan menjadi kesalahan fatal, apabila orang tua membandingkan anak dengan standar anak lainnya.

Sebab Setiap Anak Istimewa
Stimulus atau dorongan positif sangat penting untuk tumbuh kembang seorang anak. Misalnya, dengan melihat kembali apakah menjadi pemalu adalah hal yang buruk? Sebelum menganggap pemalu menjadi suatu masalah, kita perlu mengingat bahwa setiap anak terlahir dengan karakter dan temperamen yang berbeda-beda.

Tokoh pendidikan dan psikologi terkenal, Howard Gardner, menyatakan bahwa setiap orang tidak dapat disamakan. Cara yang dibutuhkan seseorang untuk mengeluarkan dan mengembangkan potensinya berbeda dari orang lain. Bahkan, menurut Gardner ada sembilan bentuk kecerdasan atau disebut juga multiple intelligences (kecerdasan majemuk).

Jadi, ketika anak tidak menunjukkan kemampuan mengagumkan dalam pelajaran atau kemampuan tertentu, bisa jadi dia memiliki kecerdasan yang lebih tinggi di aspek lain. Hal inilah yang mesti distimulasi dan dikembangkan oleh orang tua dan orang-orang di sekitar anak. Perlu diingat kembali bahwa makna kecerdasan tidak terbatas pada satu dua hal saja. Sebab pada kenyataannya, dalam diri anak terdapat banyak potensi yang bisa ia dikembangkan.

Setiap anak itu unik. Oleh karena itu, buatlah standar untuk dirinya sendiri dan jangan bandingkan dengan orang lain. Ketika Anda mulai lupa akan hal tersebut, coba baca kembali kutipan di awal tulisan ini.
Semangat Untuk Mencapai Next Level

Semangat Untuk Mencapai Next Level


Sering aku berkata “hidupku seperti sedang bermain game”. Di mana aku selalu menyemangati diriku dengan berkata kepada diri sendiri. Hidup ini harus penuh tantangan untuk naik level dan menyelesaikan setiap tahapan level dengan gembira dan semangat.

Suatu masa di mana aku sedang tidak baik-baik saja, tapi selalu ingin menjadikan hidupku berguna untuk siapapun yang kutemui. Ya, semangat baru selalu ada ketika aku bertemu dengan teman-teman baru, disini adalah teman hebat yang Tuhan ijinkan bertemu denganku. Agar aku bisa selalu merasakan betapa bersyukurnya aku pada posisiku saat ini. Mereka bukan anak-anak biasa, melainkan anak-anak yang sudah dituntut dewasa sebelum umurnya. Banyak cerita dan latar belakang yang menjadikanku selalu bersyukur menjalani hidup. Kita harus tahu bahwa anak shelter Rumah Hati bukanlah anak yang buruk, mereka hanyalah anak spesial yang kurang beruntung dan perlu di rangkul.

Terlebih kisah aku yang sudah harus dewasa sebelum umurnya. Sering mereka menganggap ku sebelah mata yang tidak punya banyak teman, tidak banyak bermain dan sering menyendiri. Aku sering punya statement bahwa: “Anaknya memang sulit bergaul sih.” “Anaknya emang nggak pernah bisa deh main sama yang lain.” dan statement negatif lainnya yang merendahkan.

Jangan salah sangka dulu. Kenali dulu sebelum menstigma negatif dan melabeli aku. Padahal aku hanya butuh untuk didengar ceritanya. Siapapun teman-temanku dengarkanlah ceritanya. Hal itu akan sangat membantu untuk kembali bersemangat menjalani hari. Bahkan dapat menjadi hal yang tidak ternilai bagi aku dan teman-temanku. Itu adalah hal besar yang sudah menyelamatkan kita.

Ya, hanya mendengar cerita sudah menjadikan Semangat Baru untuku dan teman-teman, sudah menyelamatkan satu jam untuk kita bisa lupa akan permasalahan hidup. Selamatkan hidup dapat kembali bersemangat menjalani hidup untuk mencapai next level yang harus kita selesaikan.

Semangat untuk mencapai next level hidup kita dan selalu mensyukuri apapun yang sedang kita lalui.

Jumat, 12 April 2024

Kisah G Yang Inspiratif

Kisah G Yang Inspiratif


Dua tahun yang lalu menjadi tahun yang berat bagi G. Saat ia belum mampu meregulasi emosinya, ia melakukan kesalahan yang kemudian menjadi sesalnya. Dia divonis  penjara dan ditempatkan di LPKA Blitar.

Menjalani hidup jauh dari keluarga di tempat baru bukanlah perkara mudah. Dia harus menjalani hari- hari untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya dan mencoba untuk memperbaiki diri sebagai jalan penyesalannya. Di tengah situasi sulit itu, G merasa lebih baik ketika ia diperlakukan sebagai teman dan keluarga.

Selama G menjalani proses hukumnya dia bertemu dengan banyak orang, mulai dari aparatur negara hingga teman yang silih berganti di LPKA. Banyak yang menyisakan kenangan baik di hatinya. Meski tak dapat dipungkiri, tetap ada yang menorehkan luka. Banyak yang menjalani hidup yang lebih keras darinya. Umur, pengalaman hidup, dan ketidakhadiran keluarga membuat banyak orang bertahan dalam posisi yang tidak mengenakkan dan menguntungkan. Ia memaklumi akan selalu ada konflik yang terjadi di sekelilingnya.

Di antara kenangan yang ia miliki, G menyampaikan terima kasihnya kepada Shelter Rumah Hati,  yang sudah berbuat baik padanya dan untuk menjalani bebas dengan syarat. Mereka mau menasehati dan memberinya kepercayaan sehingga dia benar- benar merasa kemerdekaannya perlahan- lahan dikembalikan. Dia juga mengingat  pendamping di Shelter yang mau menjadi temannya untuk belajar dan tertawa bersama. Terkadang dia tak bisa menyebutkan dengan satu kata tentang bentuk pertolongannya seperti apa yang dia dapatkan, tapi hatinya bisa merasa dan meyakini bahwa ada Sahabat yang menjadi bagian dari proses baiknya.

Sekarang G menatap masa depan dengan optimis. Dia akan berusaha sekuat tenaga untuk menjalani hidup yang baik dan merawat cita- cita dengan niat dan usaha kerasnya.
Pengalaman KKN Di Shelter Rumah Hati

Pengalaman KKN Di Shelter Rumah Hati


Saya ingin membagikan pengalaman ketikia KKN di Shelter Rumah Hati, Awalnya tidak faham dengan istilah apakah rumah hati itu? saya kira sebuah rumah yang penuh dengan kasih sayang dan ketentraman ketika didalamnya, tetapi setelah terjun kesana langsung kami (sekelompok PKL) sempat syok dengan melihat kondisi rumah yang seperti itu dan segera kami memutuskan untuk tidak melanjutkan perjuangan ini, tetapi rasanya ada dorongan yang membuat kami tertarik untuk melanjutkan, apalagi dengan dukungan penuh oleh sang DPL kami bapak Fathul Lubabin Nuqul. Akhirnya dengan hati yang berat kami melanjutkan PKL ini, awal pertemuan disana kami sempat bingung karena tempat berukuran standar rumah minimalis yang didalamnya ada 4 kamar, ruang tamu dapur dan satu kamar mandi. Memiliki atmosfer khas tempat berkumpulnya laki-laki dalam satu tempat yang menyebarkan kemalasan itu sepi oleh penghuni. Kami tidak memiliki anak untuk dibina, karena pada bulan itu kebetulan anak-anak sudah dikembalikan kepada orang tua karena tepat enam bulan mereka tinggal. Iya memang jatah mereka disana adalah enam bulan dan hanya enam bulan tidak lebih atau kurang, kecuali mereka kabur dan melanggar peraturan. Akhirnya kami membentuk program plan B untuk merombak segalanya yang berbeda dari awal kami survey. Program kami pun tertuju kepada pendamping dan alumni, sehingga kami mengikuti kegiatan pendamping yaitu homevisit dan monitoring. Untuk homevisit kami berkunjung ke lapas, bapas dan kerumah-rumah ABH untuk memberikan mereka motivasi agar mau masuk dirumah hati. Untuk monitoring kami berkunjung ke rumah-rumah alumni ABH mantan rumah hati, sehingga kami mengetahui bagaimana perkembangan mereka setelah kembali kerumah. Lambat laun kami menikmati kegiatan kami, berkutat dengan masalah mereka yang kebanyakan masih berusia baru remaja menginjak umur berkisar belasan tahun. Dan rata-rata ketika mendapatkan kasus berkisar umur itu. lalu kami menyimpulkan bahwasannya masa awal remaja seperti itu memang rentan untuk kejahatan, karena kondisi peralihan dari anak-anak menuju dewasa dan juga masa mencari identitas diri. Selain itu faktor keluarga, lingkungan, dan juga pergaulan yang menyebabkan mereka terjerumus pada hal yang dilarang oleh Negara. Kebanyakan dari mereka mengalami broken home dan mereka kekurangan atau malah tidak memiliki figure sama sekali untuk di tiru atau di ikuti. Sehingga mereka melakukan sesuatu dengan seenaknya sendiri. Disamping itu sikap anak-anak mereka masih terlihat meski mereka cenderung terlihat dewasa sebelum waktunya. Ada sisi yang membuat kami merasakan simpati terhadap mereka dan mulai merasa enjoy untuk merasakan tugas ini. saya fikir ini sebuah tantangan yang sangat menarik, karena yang kami hadapi adalah ABH (Anak berhubungan Hukum).

Di Shelter Rumah Hati mereka di bimbing dan diajari banyak hal, tentang kedisiplinan, berbagi, kebersihan, sampai kerajinan untuk mengolah emosi dan kepribadian mereka. Mereka disekolahkan lagi di sekolah Paket sesuai dengan ijazah terakhir mereka. Dan juga diberi kesempatan kursus apapun yang menjadi bakat mereka diluar Shelter Rumah Hati tetapi tetap dalam batas pengawasan. Inilah yang paling mereka tunggu, karena mereka sangat senang ketika kursus dan sesuai dengan bakat mereka masing-masing. Tetapi di Shelter Rumah Hati juga wajib untuk mengikuti bimbingan komputer, yang di pandu sendiri oleh pembimbingan agar mereka para ABH memiliki kemampuan di bidang komputer.

Pada hari itu kami satu kelompok PKL diberi kesempatan oleh Shelter Rumah Hati untuk ikut berkunjung ke lapas Jombang, dan kami diberikan kesempatan lagi untuk memberikan sedikit motivasi dan intervensi kepada para tahanan anak. Disana kami mendapati sekitar 12 anak yang berbeda-beda kasus, kami dikumpulkan bersama-sama disuatu ruangan yang tidak begitu luas lalu melakukan banyak kegiatan untuk mereka. Pertama kali masuk ke lapas adalah sebuah pengalaman yang sangat menegangkan dan so adorable. Kami ber 6 bersama 1 pendamping dipersilahkan masuk dan ketika lewat semua mata para tahanan menatap kami dengan heran. So tentu saja kami merasa sangat senang sekalipun hati berdegup kencang. Lalu kami masuk dalam sebuah ruangan dan datanglah anak-anak tahanan lapas berkisar umur 13-19 tahun yang ada disitu. Kami mulai membangun sebuah hello effect dan trust kepada mereka agar dalam satu hari ini kami bisa bermain bersama mereka dengan nyaman. Kami mulai melakukan kegiatan dengan perkenalan tetapi dengan permainan yang membuat suasana menjadi cair. Sehingga kami memiliki kesempatan untuk mengetahu satu persatu apa saja kasus mereka. Setelah semua berkenalan dan mengetahui kasus mereka masing-masing saya pribadi merasa sangat prihatin dengan pergaulan anak-anak zaman sekarang. Dan kebanyakan dari mereka kasusnya adalah pengeroyokan dan tawuran sehingga menyebabkan nyawa menghilang. Jika saya fikir dulu ketika saya seumur segitu saya masih tidak berani untuk keluar rumah sendirian dan bahkan untuk mengetahui hal-hal yang jahat pun masih sangat tabu. Tetapi di zaman sekarang semua yang dilakukan oleh orang dewasa zaman dulu bisa dilakukan anak kecil zaman sekarang. Kami lalu mendiskusikannya bersama setelah pulang dari lapas, bahwasannya apa sebenarnya yang salah dari mereka? Apa perkembangangannya kah? Lingkungan, atau bahkan pola asuh? Kami tidak memahami itu secara mendetail ketika dilapas karena keterbatasan relawan dan juga waktu.

So far pengalaman ini sangat sangat berharga sekali buat kami. Dulu jauh sebelum saya mengetahui tentang mereka, banyak judgment yang saya lontarkan dari hati ini kepada mereka yang memiliki masalah seperti itu, tetapi setelah saya terjun langsung dengan masalah ini semua argument dari dalam hati ini runtuh begitu saja. Saya merasa simpati terhadap mereka, dimasa-masa perkembangannya yang penting sekali untuk masa depannya mereka tidak mendapatkan pola asuh yang memadai dari keluarganya tidak memiliki figure yang tepat dari keluarganya sehingga terjadilah kasus kriminal itu.

Rabu, 10 April 2024

Shelter Rumah Hati Tampil Teater di PP. Tebu Ireng

Shelter Rumah Hati Tampil Teater di PP. Tebu Ireng


Jumat (anak-anak penghuni Shelter Rumah hati menunjukkan kebolehan mereka di Gedung Yusuf Hasyim lt.3 PP. Tebuireng Jombang. Pertunjukan teater dengan judul “suara beku” tersebut dibawakan oleh 6 anak yang pernah dan sedang menjalani masa tahanan di LPA Jombang.

Teater yang berkisah tentang kehidupan anak lapas tersebut merupakan penampilan kedua mereka setelah sukses menyelenggarakan penampilan teater di Lapas Jombang pada Selasa. “ini penampilan kedua dari anak Shelter Rumah hati angkatan sekarang, sebelumnya kami sudah menampilkan 2 teater dari alumni shelter rumah hati” ungkap Irman Abdurrahman yang lebih akrab disapa Ustadz Gele’ oleh para santri Pecinta Alam SMA. AWH Tebuireng.

Penampilan berdurasi satu jam yang diawali dengan berpuisi tersebut dihadiri oleh 150 orang yang terdiri atas orang tua anak-anak lapas, undangan umum, santri tebuireng, serta aktivis teater kabupaten Jombang. Hadir pula Drs. Ainur Rofiq selaku kepala Pondok dan Dr. Aamin. Wakil rektor 1 UNHSY Tebuireng yang telah membuka dan menyaksikan pertujukkan hingga usai.

“Saya sangat mengapresiasi sekali dengan kegiatan ini, semoga ini menjadi ajang silaturrahim bagi kita.” Sapa Ainur Rofiq sebelum dalam sambutannya yang diawali dengan berkisah Umar bin Khattab.

Melalui teater anak Lapas penghuni Shelter rumah hati ini, diharapkan mampu menggugah hati penonton untuk bisa menghargai dan mengerti sebab anak bisa masuk lapas di masa sekolah mereka. “Banyak anak yang masuk lapas karena terbawa lingkungan, bahkan kebutuhan yang mendesak”, terang Triwjijati, yang kini aktif pula di Fakultas Psikologi Universitas Surabaya (Ubaya) itu.
Sumber https://tebuireng.online/pentas-teater-anak-lapas-di-tebuireng/

Selasa, 09 April 2024

Prof. YUSTI Mengangkat presentasi inovasi bertajuk Rumah Hati

Prof. YUSTI Mengangkat presentasi inovasi bertajuk Rumah Hati





Mengangkat presentasi inovasi bertajuk Rumah Hati, Rumah bagi Anak Berkonflik dengan Hukum , Prof. Yusti menjadi sorotan karena menjadi satu-satunya yang mengangkat isu sosial. Memunyai latar belakang psikologi menjadikannya tergugah membantu anak-anak ABH menata kehidupannya.

Rumah Hati Didirikan pada tahun 2011 oleh Prof. Yusti, Dra. NK. Tiwi dan Dra. Ayuni. Rumah sosial yang berlokasi di Jalan Anggrek III, Candimulyo, Jombang ini sampai sekarang sudah membina kurang lebih 80 anak ABH.

Rumah Hati bekerja sama dengan Lembaga Terkait untuk mendapatkan anak-anak yang akan dibina. Mereka akan dibekali selama enam sampai delapan bulan dengan berbagai keterampilan seperti reparasi motor atau mobil, menjahit, memasak, bahkan memijat. Selain itu, Rumah Hati menyediakan rehabilitasi psikologis dan rekreasi sosial seperti ibadah, berenang, jalan-jalan, futsal, bahkan kegiatan pentas teater.

Penyampaian materi Rumah Hati oleh guru besar Fakultas Psikologi Universitas Surabaya pada acara Professor Summit yang diadakan di Gedung Research Center, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Dalam presentasinya, Propesor Pertama bidang Pisikologi Porensik ini mengatakan bahwa kepedulian masyarakat terhadap masa depan anak-anak ABH, sangat memprihatinkan. “Stigma negatif masyarakat terhadap mereka belum bisa dihilangkan, bahkan seolah-olah negara-olah akan menelantarkan mereka,” ungkap Prof. Yusti menyyangkan.

Menurutnya, tindakan kriminal yang dilakukan anak-anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor keluarga dan lingkungan sehingga diperlukan beberapa pendekatan emosional. “Pada Rumah Hati ini, kami berusaha menciptakan lingkungan yang nyaman dan siap menjadi keluarga yang mengayomi mereka,” ungkap guru besar psikologi forensik pertama Indonesia itu sambil tersenyum.

Yusti juga mengajak para peserta untuk lebih peduli terhadap anak-anak mantan guru tersebut dengan memberi kesempatan mereka untuk berubah. Ia berharap agar pemerintah juga mendukung Rumah Hati, terutama dalam hal finansial. “Karena anak-anak tersebut juga masih menjadi tanggung jawab negara,” tandasnya.

Minggu, 07 April 2024

Yang Dijual Bukan Karya Tapi Ketekunan, Yang Dibeli Bukan Karya Melinkan Kekaguman

Yang Dijual Bukan Karya Tapi Ketekunan, Yang Dibeli Bukan Karya Melinkan Kekaguman


"Mereka terlahir dari sebuah cinta. Mengapa kita membiarkan mereka terisolasi, kalau kita punya kekuatan dan kemampuan untuk membawa mereka ke masa depan yang lebih baik. Mungkin tidak sepenuhnya, tetapi cukup selangkah saja, itu juga cukup,”

Di Shelter Rumah Hati tak kemudian membuat seorang anak ABH mati kreativitasnya. Apalagi bagi mereka yang usia sekolah yang memiliki daya kreativitas tinggi. Pendamping selalu mendampingi minat bakat anak ABH sesuai yang mereka inginkan. Hal ini terlihat dari salah satu karya Kerajinan yang dibuat dari hati yang bernama RF anak ABH.

Kehadiran karya yang anak suka'i melatih mereka konsetrasi, disiplis, serta meluapkan prasaan Negatif lewat media karya-karya mereka.

Prof Yusti, pendiri Rumah Hati sering menekankan pada pendamping, cara mengekspresikan dengan pelatihan membuat karya sesuai yang mereka sukai tersebut cara yang baik untuk mengekspresikan perasaan mereka di tengah kehidupan yang berbeda dengan banyak batasan. Belum lagi stigma negatif yang lekat pada ABH sering kali membuat ABH semakin tertekan.

“Itu situasi kehidupan yang tidak mudah mereka jalani, lalu pesan yang mengerjakan membuat karya, yaitu ada sesuatu hal dari mereka yang berupa potensi atau value yang sifatnya positif dan itu memang diperlukan dan relevan supaya mereka survive, dalam menjalani kehidupan maupun survive ke depannya,” ujar beliau.

Menurut beliau, perlu ada pemahaman yang sama dari orang-orang di sekitar ABH untuk memisahkan antara tindakan dan manusianya. Sebab, generalisasi dan cap buruk yang semena-mena dilekatkan justru akan menghambat perkembangan dan pembinaan anak.

“Manusia kan kompleks, secara spesifik menghadapi anak berkonflik dengan hukum sebagai pelaku, kita perlu memahami bahwa kita tidak bisa menerima apa yang dilakukan, kita kutuk keras apa yang mereka lakukan. Tetapi anak berkonflik dengan hukum dalam penelitian dan berbagai praktik kan sebenarnya adalah korban dari keluarganya yang tidak suportif, korban dari lingkungan yang banyak mengekspos kekerasan, korban dari sistem juga.”

Oleh karena itu, mari kita membantu merehabilitasi mereka dengan cara membeli hasil karya mereka, bantu donasi maupun menjadi relawan Shelter Rumah Hati

Sabtu, 06 April 2024

Cinta Tak pernah Gagal, Maka Taburlah Benihya

Cinta Tak pernah Gagal, Maka Taburlah Benihya

 

Terlepas dari kesalahan yang mereka lakukan, di mata kami Selter Rumah Hati, mereka tetaplah seorang anak. Mereka adalah anak-anak yang rindu bersama keluarga, rindu untuk bermain, bersenda gurau, dan tertawa bersama. Namun demikian, tak banyak dari mereka yang bisa karena, terisolasi dengan stigma masyarakat.

Hari ini Pendamping Shelter Rumah Hati berdiskusi seputar tradisi puasa serta lebaran di keluarga dan daerah mereka masing-masing. Kami juga berdiskusi mengenai tantangan-tantangan yang mereka hadapi selama menjalankan ibadah puasa di Shelter Rumah Hati. Beragam cerita disampaikan oleh anak-anak ABH, mulai dari masakan khas, seperti menu wajib lontong opor dan sambal goreng, permainan membunyikan petasan, tradisi menaikkan lampion, hingga berziarah ke makam leluhur. Bahkan, anak-anak tak segan bercerita bagaimana mereka secara sembunyi-sembunyi membeli es teh di warung agar tidak ketahuan orang tua. Seru, lucu, dan pastinya berkesan.

Meski seru, tidak semua anak mau merespons pendamping dengan baik dan pendamping sangat memahami tindakan tersebut. Kehidupan mereka yang keras, tak jarang di jalanan membuat mereka kehilangan rasa simpati. Mereka tidak mudah percaya pada seseorang. Bahkan, mungkin mereka tidak biasa menerima bentuk perhatian lebih seperti yang pendamping berikan. Berangkat dari hal inilah Shelter Rumah Hati berusaha setidaknya bisa menjadi teman bagi mereka. Pendamping ingin menjadi teman bermain, berbagi cerita, dan yang terpenting adalah mempersiapkan mereka ketika nanti tiba saatnya mereka harus kembali ke masyarakat.  Tak mudah menghadapi stigma masyarakat terhadap status mereka yang mantan ABH. Kondisi ini yang kerap membuat mereka kembali ke lingkungan komunitas mereka dahulu, karena hanya di sana mereka merasa bisa diterima. Sungguh sangat disayangkan memang, tapi itulah kenyataan yang terjadi di masyarakat kita.

Meski tak banyak yang Shelter Rumah Hati lakukan namun kami percaya, ketika kami berangkat dengan ketulusan hati untuk memberi entah itu perhatian, tenaga, materi, kami sedang menabur benih cinta, dan sekali lagi bahwa cinta tak pernah gagal. Demikian yang kami harapkan untuk anak-anak di ini, semoga benih cinta yang kami tabur boleh bertumbuh di hati mereka. Terlepas sebesar apapun kesalahan yang mereka perbuat, tetap akan ada kesempatan untuk mereka berubah menjadi yang lebih baik.

Inilah yang membuat kami tetap semangat untuk terus menabur benih cinta dan melakukan semuanya dengan sukacita….

Kamis, 04 April 2024

Ajak Anak ABH Mengenal Potensi Dirinya

Ajak Anak ABH Mengenal Potensi Dirinya

Mengajak anak-anak ABH untuk mengenal potensi apa yang mereka punya. Dengan terbatasnya ruang disebabkan dari stigma masyarakat, anak tidak lagi dapat berkegiatan seperti saat mereka tidak menyandang gelar ABH. Sehingga kemampuan, hobi, keahlian mereka yang tidak dapat terfasilitasi, tidak dapat lagi mereka lanjutkan.

Menggunakan metode menulis di papan , anak-anak mengisi dengan dipandu pendamping. Anak diarahkan untuk menulis sikap yang cocok dengan dirinya, menulis hobi yang mereka suka, menuliskan hal-hal apa yang sering memenuhi pikirannya, keterampilan yang mereka kuasai, dan cita-cita.

Dalam pengisian, masih ditemukan beberapa anak yang kesulitan membaca dan menulis. Ada dari mereka yang tidak tamat SD, dan sudah tidak sekolah hampir 3 tahun. Namun antusiasme anak cukup tinggi saat mereka membacakan hasil tulisannya. Membayangkan hal apa saja yang akan mereka lakukan setelah pulang, tetapi masih ada anak yang khawatir dirinya kurang siap kembali ke masyarakat, namun ada juga yang sudah siap.

Anak sadar bahwa akan ada perlakuan beda dari masyarakat pada dirinya yang merupakan alumni lembaga pembinaan. Akan tetapi, menulis potensi diri ini menjadi satu pemantik motivasi bagi anak, untuk berkeinginan kuat mengubah diri menjadi lebih baik agar dapat mencapai cita-cita yang diingini. Maka perlu sekali dukungan dari kita, masyarakat, supaya apa yang dicitakan anak dapat terwujud. Supaya mereka tidak lagi berakhir kembali menjadi penghuni jeruji besi. Bahwa cara pandang kita terhadap mereka juga tak kalah pentingnya untuk diubah, agar tidak ada lagi ketakutan anak menghadapi masyarakat. 

Rabu, 03 April 2024

Jangan Judgment Tapi Beri Ruang Katarsis Buat Anak ABH

Jangan Judgment Tapi Beri Ruang Katarsis Buat Anak ABH

Perasaan cemas mengenai tanggapan orang serta kurangnya rasa percaya terhadap seseorang membuat kita enggan menceritakan apa yang kita rasakan. Memendam dan mengabaikan, berharap waktu yang menyembuhkan bukanlah solusi. Perasaan-perasaan negatif yang tidak dikeluarkan, sedikit demi sedikit akan menumpuk dan BOOM! Ia akan meledak jika telah mencapai puncaknya.

Selama kita tidak bisa atau tidak mampu mencurahkan dan mengekspresikan emosi maka bom waktu akan meledak dan mencelakai orang sekitarnya, dan juga orang itu sendiri. Sehingga menjadi penting untuk dapat mengerti cara mengekspresikan emosi yang cocok dengan diri sendiri. 

Katarsis dalam ilmu psikologi biasa disebut sebagai cara untuk meluapkan emosi dalam hati secara positif agar hati dan pikiran menjadi lebih lega. Beberapa cara yang dapat dilakukan sebagai ruang katarsis adalah:
  1. Bercerita atau curhat dengan teman 
  2. Berolahraga 
  3. Bernyanyi
  4. Berteriak 
  5. Menulis 
  6. Membaca
Cara-cara diatas mudah dan dapat dilakukan oleh semua orang, namun bagaimana dengan remaja yang berkonflik dengan hukum?. Anak berkonflik dengan hukum adalah anak yang sangat rentan terpapar stress. Berdasarkan pengalaman pendampingan dari Shelter Rumah Hati terhadap anak berkonflik dengan hukum (ABH) ditemukan anak yang mengalami gejala stres. Seperti menutup diri dari lingkaran pertemanan, dan sikap yang agresif. Sayangnya mereka tidak dapat bergerak bebas melakukan aktivitas seperti remaja pada umumnya. Kita tahu bahwa kebebasan mereka dicabut sementara. Terlebih lagi lingkungan, semakin menyempitkan kepercayaan diri anak dalam mengekspresikan emosinya. 

Sering melamun, malas dan munculnya konflik di antara anak menjadi jalan pintas mengekspresikan emosi, atau bahkan anak sering tidak mengenali emosinya. Kebutuhan untuk didengarkan tanpa mendapatkan judgment menjadi penekanan dalam membantu menciptakan ruang katarsis untuk mereka. Sederhana, namun mari sejenak renungkan sudahkah ruang-ruang katarsis dikenalkan dan diciptakan untuk anak berkonflik hukum?.