Rabu, 29 Mei 2024

CARA MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK

Manusia adalah mahluk sosial. Secara alamiah manusia butuh berinteraksi, berkomunikasi, dan membentuk hubungan dengan orang lain guna memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis, dan emosionalnya. Dalam proses komunikasi dan interaksi tersebut, individu perlu memiliki keterampilan sosial. Keterampilan sosial merujuk pada suatu kondisi dimana individu mampu berkomunikasi, berinteraksi dan membangun hubungan yang baik dengan orang lain dalam konteks sosial, dengan cara yang dapat diterima oleh masyarakat. Individu yang yang memiliki keterampilan sosial yang baik cenderung mampu berkomunikasi dengan jelas dan efektif, memahami emosi orang lain, menunjukkan empati, bekerja sama dalam tim, menyelesaikan konflik dengan baik, dan membangun hubungan interpersonal yang sehat. Sebaliknya, individu yang tidak memiliki keterampilan sosial yang baik akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain, kesulitan memahami dan menanggapi emosi orang lain, cenderung disisihkan, sulit berintegrasi dalam kelompok sosial, dan kemungkinan akan mengalami konflik interpersonal. Akibatnya, mereka mengalami kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat dan bermakna dengan orang lain.
Keterampilan sosial tidak hanya perlu dimiliki oleh orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Jika seorang anak tidak memiliki keterampilan sosial yang baik, ia akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan teman sebayanya, kesulitan dalam memahami perasaan orang lain, cenderung menunjukkan perilaku agresif, atau menarik diri dari interaksi sosial. Itulah sebabnya, keterampilan sosial penting dimiliki individu sejak kecil. Jika individu tidak memiliki keterampilan sosial yang memadai ketika ia berusia kanak-kanak, maka ketika remaja dan dewasa ia akan semakin kesulitan dalam membangun relasi yang sehat dengan orang lain, termasuk relasi romantis. Ada beberapa cara yang perlu diperhatikan guna membantu anak mengembangkan keterampilan sosial, antara lain:

Menonton Video
Dengan menonton video, anak dapat mengamati bagaimana karakter dalam video tersebut berinteraksi satu sama lain, menyelesaikan konflik, dan menunjukkan empati. Dalam video juga sering digambarkan berbagai emosi dan reaksi sehingga anak dapat belajar mengenali dan memahami berbagai emosi, baik emosi dirnyai sendiri maupun orang lain. Ini berguna bagi anak untuk mengembangkan rasa empati pada empati dan mengelola emosi. Selain itu, dalam video juga ditampilkan berbagai situasi sosial yang mungkin belum pernah dialami anak. Misalnya, bagaimana bertindak di sekolah, cara berinteraksi dengan teman baru, atau bagaimana menyelesaikan perbedaan pendapat dengan sopan. Melalui dialog dalam video, anak belajar tentang percakapan, termasuk bagaimana memulai pembicaraan, mendengarkan secara aktif, dan merespons dengan tepat. Banyak video edukatif yang menunjukkan contoh perilaku sosial yang positif, seperti berbagi, berkolaborasi, dan membantu orang lain. Dari sini anak dapat belajar menerapkan perilaku serupa dalam kehidupan sehari-hari.

Menonton video membutuhkan konsentrasi dan perhatian. Konsentrasi dan perhatian penting dalam interaksi sosial yang baik agar dapat memperhatikan isyarat sosial dan merespons dengan tepat. Jika anak didampingi saat menonton video, maka itu dapat menjadi kesempatan yang bagus untuk berdiskusi. Anak dapat diajak untuk berbicara tentang apa yang ia lihat, pelajari, dan bagaimana ia dapat menerapkan pelajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dapat dilakukan dengan cara bertanya kepada anak. Beri kesempatan kepada anak untuk menyampaikan pendapatnya dan jangan hakimi pendapatnya! Dari video itu, bantu anak untuk memahami bahwa keterampilan sosial adalah penting. Misalnya: bicara dengan baik, mendengarkan dan memerhatikan orang yang sedang berbicara, tidak memotong ucapan orang yang sedang berbicara, dan lain-lain.

Dari video yang menampilkan berbagai latar belakang budaya, anak dapat belajar memahami dan menghargai keberagaman. Pemahaman dan penghargaan terhadap keberagaam bermanfaat untuk membangun interaksi sosial yang sehat. Visualisasi dan auditori yang ditampilkan video membantu anak dalam memahami konsep sosial yang abstrak dengan lebih baik. Misalnya, anak dapat melihat dan mendengar bagaimana permintaan maaf atau ucapan terima kasih disampaikan dengan tulus. Bagi beberapa anak, terutama yang pemalu atau cemas, menonton video menjadi cara efektif untuk belajar dan mempraktikkan keterampilan sosial sebelum mencobanya dalam kehidupan nyata.

Bermain Peran (Role Play) 
Bermain peran adalah cara yang efektif untuk membantu anak mengembangkan keterampilan sosial. Anak akan dapat lebih memahami interaksi sosial dan bagaimana berkomunikasi dengan orang lain, dan mensimulasikan situasi sosial nyata dalam lingkungan yang aman dan terkendali. Ini membantu anak dalam memberikan respons yang tepat tanpa takut konsekuensi. Dengan bermain peran anak juga belajar untuk melihat dunia dari perspektif yang berbeda. Ini dapat meningkatkan kemampuan anak dalam berempati terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain. Selain itu, bermain peran mendorong anak untuk berbicara, mendengarkan, dan berinteraksi dengan orang lain. Dengan demikian, anak dapat mengembangkan keterampilan berbicara dan mendengarkan yang efektif, serta memahami isyarat non verbal. Dari cerita yang diperankan anak di mana ada masalah, tantangan, atau konflik yang perlu diselesaikan, anak belajar untuk mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dan mengambil keputusan.

Selain itu, bermain peran membantu anak mengenali dan mengelola emosinya sendiri serta memahami emosi orang lain. Ini menolong anak dalam mengendalikan diri dan melakukan interaksi sosial yang sehat. Melalui bermain peran, anak juga dapat belajar tentang norma sosial, tata krama, dan etiket yang berlaku dalam berbagai situasi. Anak akan belajar kapan harus berbicara, bagaimana menyapa orang, dan cara bertindak dalam situasi tertentu. Bermain peran memberikan kesempatan kepada anak untuk berlatih situasi sosial dengan berulang kali. Bila anak sukses dalam bermain peran, maka ini dapat meningkatkan kepercayaan diri anak dalam situasi sosial sebenarnya. Dengan bermain peran, anak juga dapat belajar bekerja sama dan berkolaborasi.

Bermain Bersama
Bermain bersama menjadi kesempatan bagi anak untuk berinteraksi langsung dengan teman sebaya. Ini membantu anak belajar cara berkomunikasi, bergiliran, dan berbagi. Permainan membutuhkan kerja sama dan kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Dari sini anak belajar pentingnya bekerja sama, berbagi tugas, dan menyelesaikan masalah. Saat bermain bersama, anak belajar untuk mengenali dan memahami perasaan teman-temannya, sehingga anak dapat belajar mengembangkan empati dan kemampuan untuk merespons dengan tepat kebutuhan dan perasaan orang lain. Bermain kadang kala menimbulkan situasi konflik, seperti perselisihan tentang aturan permainan atau giliran bermain. Dari hal ini anak akan belajar bagaimana menyelesaikan konflik dengan cara yang konstruktif dan damai.

Bermain bersama melibatkan berbagai aspek pembelajaran sosial dan emosional, seperti pengendalian diri, kesabaran, dan toleransi. Dengan demikian, anak dapat belajar mengelola emosi dan berinteraksi dengan cara yang positif. Selama bermain, anak harus berkomunikasi dengan teman-temannya, baik untuk menyampaikan ide, menjelaskan aturan, atau menyelesaikan masalah. Ini akan meningkatkan keterampilan berbicara dan mendengarkan pada anak. Melalui interaksi dalam permainan, anak juga akan belajar tentang norma dan aturan sosial, seperti menghormati giliran, mendengarkan orang lain, dan mengikuti aturan permainan.

Berpartisipasi dalam permainan kelompok dapat meningkatkan rasa percaya diri anak. Ketika anak berhasil berinteraksi dan diterima oleh teman-temannya, ini akan meningkatkan rasa percaya diri anak. Bermain bersama memerlukan adaptasi terhadap berbagai situasi dan perilaku orang lain, sehingga anak dapat belajar menjadi fleksibel dan menyesuaikan diri dengan dinamika kelompok. Melalui bermain bersama, anak membentuk hubungan dan persahabatan yang mendalam dan sehat. Anak akan belajar pentingnya dukungan sosial dan bagaimana menjaga hubungan baik dengan orang lain.

Mengajarkan Keterampilan Komunikasi
Dengan keterampilan komunikasi yang baik, anak- dapat mengekspresikan pikiran, perasaan, dan kebutuhannya dengan jelas. Ini penting guna membangun interaksi sosial yang efektif dan menghindari kesalahpahaman. Mengajarkan anak untuk mendengarkan dengan penuh perhatian membantu anak memahami apa yang orang lain katakan. Ini akan meningkatkan rasa empati dan kemampuan untuk merespons dengan tepat. Selain itu, keterampilan komunikasi yang baik memungkinkan anak untuk menyelesaikan konflik dengan cara yang konstruktif. Anak akan belajar berbicara dengan tenang dan mencari solusi bersama.

Komunikasi yang efektif membantu anak membangun dan memelihara hubungan yang positif dengan orang kain. Anak belajar cara memulai percakapan, menjaga hubungan baik, dan menunjukkan dukungan. Selain komunikasi verbal, memahami isyarat non verbal seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan nada suara sangat penting. Ini membantu anak menginterpretasikan perasaan dan niat orang lain dengan lebih baik. Anak yang terampil dalam komunikasi dapat menyesuaikan caranya berbicara sesuai dengan situasi dan audiens. Misalnya: bagaimana berbicara dengan guru, teman sebaya, atau orang dewasa lainnya.

Anak yang percaya diri dalam keterampilan komunikasi cenderung lebih berpartisipasi dalam interaksi sosial. Rasa percaya diri yang sehat membantu anak bergaul dengan lebih baik dan mampu menghadapi berbagai situasi sosial. Keterampilan komunikasi yang baik mencakup kemampuan untuk mendengarkan dan memahami perspektif orang lain. Ini membantu anak mengembangkan rasa empati sehingga dapat merespons dengan cara yang penuh pengertian. Anak yang mampu berkomunikasi dengan baik cenderung merasa lebih nyaman dalam situasi sosial. Ia tahu bagaimana memulai dan mempertahankan percakapan, sehingga mengurangi kecemasan sosial. Selain itu, melalui diskusi dan percakapan, anak belajar untuk berpikir secara kritis, menyusun argumen, dan mempertimbangkan sudut pandang yang berbeda. Ini penting untuk interaksi sosial yang bermakna dan konstruktif.

Memberi Contoh yang Positif
Anak senang meniru perilaku orang dewasa dan teman sebaya. Ketika anak melihat contoh positif dalam interaksi sosial, ia belajar bagaimana berperilaku dengan cara yang sama. Selain itu, dengan melihat contoh nyata, anak memahami bagaimana menerapkan teori atau nasihat yang ia dengar. Misalnya, anak diminta untuk bersikap sopan, tetapi ia juga melihat bagaimana sopan santun diterapkan dalam interaksi sehari-hari. Melalui contoh positif, anak juga dapat melihat bagaimana keterampilan sosial diterapkan dalam berbagai situasi dan konteks. Ini membantu anak memahami kapan dan bagaimana menggunakan keterampilan tersebut.

Dengan melihat orang dewasa menunjukkan empati, pengertian, dan respon emosional yang tepat, anak belajar mengenali dan mengelola emosi sendiri serta merespon emosi orang lain dengan tepat. Ia juga akan belajar bagaimana berbicara dengan jelas, mendengarkan secara aktif, dan merespon dengan tepat. Contoh positif membantu membentuk kebiasaan perilaku sosial yang baik. Anak akan belajar bahwa perilaku positif tidak hanya diharapkan, tetapi juga dihargai. Anak yang melihat contoh positif akan merasa lebih percaya diri dalam meniru perilaku tersebut. Ia melihat bahwa perilaku positif dihargai dan diterima, yang mendorong mereka untuk mengulangi perilaku yang sama. Ketika anak menghadapi situasi sosial yang baru atau menantang, ia akan mengingat dan merujuk pada contoh positif yang ia lihat sebelumnya. Ini memberikan panduan yang jelas tentang bagaimana berperilaku. Melihat contoh positif juga membantu mengurangi ketidakpastian tentang bagaimana bertindak dalam situasi sosial tertentu. Anak belajar apa yang diharapkan darinya dan bagaimana ia dapat memenuhi harapan tersebut. Contoh positif dapat menjadi titik awal untuk diskusi dan refleksi. Anak dapat diajak untuk berbicara tentang apa yang ia perhatikan, mengapa perilaku tertentu adalah positif, dan bagaimana ia dapat menerapkan pelajaran tersebut dalam hidup sehari-hari.

Melatih Anak Mengembangkan Sikap Empati
Empati artinya anak memahami dan dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain. Dengan empati anak akan dapat merespons dengat tepat dan menjadi peka dalam interaksi sosial. Anak yang memiliki empati cenderung membangun hubungan yang lebih kuat dan positif. Ia mampu menjalin ikatan emosional yang sehat dengan teman-temannya dan anggota keluarga, dan mampu mendengarkan dengan baik dan dapat memahami perspektif orang lain. Hal ini akan meningkatkan kualitas komunikasi dan membantu dalam menyelesaikan konflik secara efektif. Dengan empati, anak dapat mencari solusi yang menguntungkan semua pihak. Empati membuat anak memiliki kesadaran sosial dan tanggung jawab terhadap orang lain. Ia peka terhadap kebutuhan dan keadaan orang di sekitarnya, mampu mengelola emosi, tidak terlibat dalam perilaku bullying atau agresif, memahami dampak negatif dari tindakannya terhadap orang lain dan memilih untuk bertindak dengan cara yang positif, senang menolong orang lain, menunjukkan kebaikan, serta tindakannya mendukung kesejahteraan orang lain. Selain itu, anak yang berempati lebih efektif dalam bekerja sama dengan orang lain. Ia menghargai kontribusi setiap individu dan lebih mampu bekerja dalam tim dengan harmonis.

Memberi Umpan Balik yang Konstruktif
Umpan balik yang konstruktif memberikan pemahaman yang jelas kepada anak tentang apa yang ia lakukan dengan baik dan apa yang perlu diperbaiki. Ini membantu anak mengetahui apa yang diharapkan dalam interaksi sosial. Anak belajar mengenali tindakan dan kata-katanya, serta dampaknya terhadap orang lain. Umpan balik yang konstruktif mengajarkan anak bagaimana memberikan dan menerima kritik secara efektif. Ia belajar berkomunikasi secara terbuka dan jujur tanpa menyakiti perasaan orang lain. Dengan mengetahui aspek-aspek perilaku yang perlu diperbaiki, anak dapat menghindari pengulangan kesalahan yang sama. Umpan balik membantu anak belajar dari kesalahan dan mengembangkan perilaku yang lebih positif.

Umpan balik yang konstruktif tidak hanya menyoroti area untuk perbaikan tetapi juga mengakui kekuatan dan prestasi anak. Ini meningkatkan kepercayaan diri anak dan mendorongnya untuk terus berusaha. Umpan balik yang spesifik dan terarah dapat memotivasi anak untuk mengembangkan keterampilan baru. Misalnya, jika anak diberi tahu bahwa ia perlu belajar mendengarkan, maka ia akan lebih fokus pada hal tersebut. Memberi umpan balik juga melibatkan mendengarkan perspektif anak dan memahami perasaannya. Ini mengajarkan anak untuk juga memberikan umpan balik dengan cara yang empatik dan penuh pengertian. Dengan memberikan umpan balik secara konsisten, ana dapat membentuk kebiasaan perilaku yang baik. Anak belajar apa yang dianggap sebagai interaksi sosial yang tepat dan bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam konteks kelompok, umpan balik yang konstruktif membantu memperbaiki dinamika sosial. Anak belajar untuk bekerja sama, menghargai kontribusi orang lain, dan memperbaiki caranya berinteraksi dalam kelompok. Anak yang menerima umpan balik konstruktif belajar untuk bertanggung jawab atas tindakannya. Ia mengerti bahwa perilakunya memiliki konsekuensi dan bahwa ia bertanggung jawab untuk memperbaikinya. Dengan memberikan umpan balik yang konstruktif, anak dibantu untuk memahami perilaku sosial yang diinginkan dan meningkatkan keterampilan sosial.

Mendorong Anak untuk Berpartisipasi Aktif dalam Aktivitas Kelompok
Aktivitas kelompok memerlukan kerja sama dan kolaborasi. Anak belajar bekerja sama, berbagi tugas, dan menghargai kontribusi setiap anggota kelompok. Melalui interaksi dalam kelompok, anak juga belajar untuk memahami dan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Mereka belajar untuk merespons dengan cara yang empatik dan penuh pengertian. Dalam aktivitas kelompok, konflik dan perbedaan pendapat mungkin terjadi, sehingga anak belajar cara menyelesaikan konflik dengan cara yang konstruktif, melalui negosiasi dan kompromi.

Partisipasi dalam kelompok memberi anak kesempatan untuk mengambil peran kepemimpinan dan tanggung jawab. Ia belajar untuk memimpin dan menghormati anggota kelompok. Berpartisipasi aktif dalam aktivitas kelompok membantu anak membangun kepercayaan diri. Dalam aktivitas kelompok ada berbagai situasi sosial di mana anak dapat mempraktikkan dan mengasah keterampilan sosial, seperti berbagi, bergiliran, dan menunjukkan dukungan kepada teman. Dalam kelompok, anakj uga dapat belajar dari perilaku dan keterampilan teman-temannya. Ia akan melihat berbagai pendekatan terhadap masalah dan tugas, dan memperluas pemahaman dan kemampuan sosialnya. Aktivitas kelompok sering kali menantang dan membutuhkan usaha yang berkelanjutan. Dengan demikian anak belajar ketahanan, kesabaran, dan cara menghadapi kegagalan dengan sikap yang positif. Dalam kelompok, anak bertemu dengan individu dari latar belakang yang berbeda dengan berbagai pandangan dan keterampilan sehingga anak dapat belajar menghormati dan menghargai perbedaan.

Melatih Anak untuk Mengembangkan Keterampilan Resolusi Konflik
Melalui latihan ini, anak belajar mengidentifikasi emosi, mengungkapkannya secara sehat, dan merespons dengan empati. Resolusi konflik membutuhkan keterampilan komunikasi yang efektif, termasuk mendengarkan dengan penuh perhatian, menyampaikan pikiran dan perasaan dengan jelas, dan mencari solusi bersama. Ini membantu anak menjadi komunikator yang baik. Dalam mengatasi konflik, anak belajar memahami perspektif dan perasaan orang lain. Hal ini dapat mengembangkan kemampuan empati anak dan membantunya merespons dengan tepat.

Resolusi konflik memerlukan pemikiran kritis dan kreatif yang memuaskan bagi semua pihak. Anak belajar untuk mengevaluasi berbagai opsi, memilih strategi yang tepat, dan mengeksekusi rencana tersebut. Dengan mengatasi konflik secara konstruktif, anak memperkuat hubungan yang sehat dengan orang lain. Anak belajar cara bekerja sama, menghormati perbedaan, dan membangun kepercayaan dan rasa saling menghargai. Melalui latihan resolusi konflik, anak juga belajar menghadapi ketidaknyamanan dan ketegangan dengan keberanian. Anak dapat belajar mengembangkan ketahanan mental dan kepercayaan diri untuk mengatasi tantangan sosial. Dengan memiliki keterampilan resolusi konflik, anak juga cenderung menghindari konflik yang merugikan dan destruktif. Ia belajar untuk mengelola konflik sebelum menjadi parah atau merugikan.

Resolusi konflik mengajarkan anak bertanggung jawab atas tindakan dan kata-katanya. Ia belajar bahwa tindakannya memiliki konsekuensi dan bahwa ia bertanggung jawab untuk memperbaikinya. Dengan melatih anak dalam resolusi konflik, dapat membentuk perilaku yang baik dalam interaksi sosial. Anak belajar menghadapi konflik dengan cara yang produktif dan damai. Selain itu, anak yang terampil dalam mengatasi konflik cenderung memiliki kesejahteraan mental yang lebih baik karena ia mampu mengelola stres dan konflik dengan cara yang sehat dan efektif.

Memberi Anak Kesempatan untuk Berbicara di Depan Umum
Berbicara di depan umum membantu anak membangun kepercayaan diri. Ketika anak mampu mengatasi rasa takut dan berhasil menyampaikan pesan, rasa percaya diri anak akan meningkat. Ini akan berdampak positif pada interaksi sosial anak sehari-hari. Berbicara di depan umum meningkatkan kemampuan berbicara dengan jelas dan efektif. Anak belajar mengorganisir pikiran, berbicara dengan lancar, dan menggunakan bahasa tubuh yang sesuai. Anak juga belajar mendengarkan umpan balik dan tanggapan dari audiens. Ini dapat meningkatkan keterampilan mendengarkan aktif. Selain itu, berbicara di depan umum membantu anak mengelola kecemasan dan stres. Anak belajar teknik relaksasi dan pengendalian diri yang dapat digunakan dalam situasi sosial lainnya. Berbicara di depan umum membutuhkan pemahaman tentang audiens dan memahami perspektif orang lain. Untuk berbicara di depan umum, anak perlu berpikir kritis tentang topik yang dibahas, menyusun argumen yang logis, dan menjawab pertanyaan dengan bijaksana. Ini mengasah kemampuan berpikir kritis anak.

Kesempatan berbicara di depan umum memberi anak pengalaman memimpin. Anak belajar mengambil inisiatif, memimpin diskusi, dan mempengaruhi orang lain secara positif. Ketika berbicara di depan umum, anak sering kali perlu menyampaikan pesan yang relevan dan bermakna bagi audiens. Dari hal ini anak beljar memahami dan merasakan kebutuhan serta meningkatkan empati. Banyak aktivitas berbicara di depan umum melibatkan kerja sama dalam kelompok, seperti diskusi kelompok atau presentasi tim. Dengan demikian, anak belajar bekerja sama, berbagi ide, dan mendukung satu sama lain. Menghadapi tantangan berbicara di depan umum mengajarkan anak-anak untuk menjadi lebih berani dan tangguh. Anak belajar menghadapi ketakutan dan kegagalan. Ini berguna untuk memperkuat kemampuan anak dalam menghadapi tantangan sosial lainnya.

Mendorong Anak untuk Membangun Pertemanan yang Positif
Teman yang positif memberikan contoh perilaku sosial yang baik. Anak memiliki kecenrenungan meniru perilaku teman-temannya. Dengan demikian, memiliki teman yang positif membantu anak mengembangkan kebiasaan sosial yang baik. Dalam pertemanan yang positif ada dukungan emosional yang kuat dan positif, sehingga anak didukung, dihargai, dan dipahami. Hal ini penting untuk kesehatan emosional dan kepercayaan diri anak. Interaksi dengan teman yang positif mendorong anak untuk berkomunikasi dengan cara yang sehat dan konstruktif. Anak belajar cara mendengarkan, berbicara dengan jelas, dan menyampaikan pendapat dengan tepat. Selain itu, teman yang baik mengajarkan empati dan kepedulian. Melalui hubungan yang positif, anak untuk memahami dan merespons perasaan dan kebutuhan orang lain dengan cara yang empatik. Dalam pertemanan yang positif, anak juga belajar menyelesaikan konflik dengan cara yang damai dan konstruktif. Belajar bernegosiasi, berkompromi, dan mencari solusi yang saling menguntungkan.

Teman yang baik mendorong kerja sama dan kolaborasi sehingga anak dapat belajar bekerja dalam tim, berbagi tugas, dan mencapai tujuan bersama. Pertemanan yang positif membantu memperkuat nilai dan norma sosial yang baik. Dengan demikian, anak belajar tentang kejujuran, tanggung jawab, rasa hormat, dan integritas dari teman-temannya. Teman yang positif memberikan dorongan dan pujian yang membangun. Ini membantu anak merasa lebih percaya diri dan nyaman dalam situasi sosial. Anak merasa lebih aman dan tenang ketika memiliki teman yang mendukung dan dapat diandalkan. Teman yang positif mendorong keterlibatan dalam aktivitas yang bermanfaat dan konstruktif sehingga menguntungkan bagi pertumbuhan pribadi dan sosial anak. Pertemanan yang positif membantu anak membentuk identitas sosial yang sehat.

Posting Komentar