Selasa, 28 Mei 2024

MENGATASI PERILAKU BICARA KASAR DAN KOTOR PADA ANAK

Perilaku dalam bentuk bicara kasar dan kotor tentu tidak boleh dianggap sepele. Jika tidak segera diatasi, perilaku ini akan melekat pada diri anak hingga ia dewasa. Hal ini berdampak buruk bagi perkembangan anak. Berbagai label akan dilekatkan pada dirinya, seperti anak kurang ajar, anak yang tidak punya sopan santun, anak yang tidak punya aturan, dan lain sebagainya. Anak juga akan mengalami masalah serius dalam perkembangan sosial. Anak-anak lain tidak anak mau berteman dengannya. Sangat mungkin anak akan berkonflik dengan teman-temannya, bahkan menjadi terlibat dalam perkelahian. Orang yang ia maki mungkin saja menjadi tersinggung dan marah, sehingga balas memakinya atau memukulnya. Orangtua dari anak-anak lain mungkin saja melarang anak-anak mereka untuk berteman dengan anak ini karena tidak ingin anak mereka mendapat pengaruh buruk. Dalam jangka panjang, perilaku bicara kasar dan kotor pada anak akan berdampak buruk pada relasi sosial, pendidikan, karir, dan hubungan romantisnya. Bahkan, tidak mustahil anak jadi harus berhadapan dengan hukum karena perilakunya tersebut. Itulah sebabnya perlu dilakukan upaya preventif guna mencegah terjadinya perilaku bicara kasar dan kotor pada anak, dan jika anak sudah menunjukkan perilaku ini, maka harus segera diatasi.

Untuk dapat mengatasi perilaku bicara kasar dan kotor pada anak, perlu dipahami apa yang menyebabkan anak berperilaku demikian. Biasanya, ada beberapa faktor yang menyebabkan anak bicara kasar dan kotor, antara lain:

Meniru
Anak-anak, terutama anak-anak yang berusia balita suka meniru. Meniru adalah cara mereka belajar perilaku baru. Anak-anak belajar dengan cara mendengar, mengamati, dan meniru apa yang mereka dengar dan lihat. Apa yang didengar dan dilihat oleh anak berasal dari beberapa sumber, antara lain orangtua, saudaranya, orang lain yang tinggal serumah dengannya, tontonan melalui TV,youtube, games, dan media sosial, serta teman-temannya, baik teman di lingkungan rumah maupun teman di sekolah. Apabila ada salah satu sumber menunjukkan perilaku bicara kasar dan kotor, maka anak akan meniru perilaku tersebut. Perilaku ini akan muncul dengan intensitas yang lebih besar jika beberapa sumber atau ada tokoh dominan berperilaku demikian. Dalam hal ini, perilaku anak merupakan hasil meniru (mengimitasi) apa yang ia lihat dan dengar.

Ketidakmampuan Berkomunikasi secara Asertif
Komunikasi asertif merujuk pada metode komunikasi dimana individu mampu menyampaikan pendapat, keinginan, dan perasaannya dengan baik kepada orang lain. Salah satu akibat jika anak tidak memiliki keterampilan berkomunikasi secara asertif adalah ia akan berbicara dengan kasar dan kotor. Ini terjadi sebagai akibat dari ketidakmampuannya berkomunikasi dengan baik atau karena respon orang lain tidak seperti yang ia harapkan.

Ketidakmampuan Meregulasi Emosi
Anak yang tidak memiliki kemampuan regulasi emosi yang baik berpotensi untuk berbicara kasar dan kotor. Ketika mengalami sesuatu yang tidak sesuai dengan ekspektasinya, ia akan tersinggung, kesal, dan marah. Ketidakmampuan anak meregulasi emosi negatif berpotensi membuatnya berbicara kasar dan kotor.

Mencari Perhatian
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya, ada kalanya anak ingin diperhatikan dan disanjung. Anak senang jika diperhatikan dan disanjung. Bahkan, anak bisa merasa cemburu jika orang lain lebih diperhatikan daripada dirinya. Contoh: Ketika seorang anak punya adik yang baru lahir dan semua orang termasuk kedua orangtuanya sedemikian memberikan perhatian kepada adik bayinya itu, anak akan merasa diabaikan dan cemburu. Jika orang-orang di sekitarnya atau orangtuanya tidak menyadari hal ini, maka ada kemungkinan anak akan berbicara kasar dan kotor. Ia melakukan hal ini semata-mata untuk mencari perhatian.

Ingin Diterima
Bagi anak yang menjelang remaja, penerimaan teman sebaya merupakan hal yang sangat penting. Jika dalam kelompok teman sebayanya bicara kasar dan kotor dianggap biasa apalagi keren, maka bicara kasar dan kotor akan dilakukan oleh anak demi diterima oleh teman-temannya.

Pola Asuh
Pola asuh yang tidak tepat, misalnya: orangtua tidak dapat menjadi panutan yang baik, pada anak tidak ditanamkan nilai-nilai moral, budaya dan agama, tidak ada aturan yang jelas di rumah, tidak ada disiplin, orangtua sangat sibuk di luar rumah sehingga nyaris tidak memiliki waktu untuk anak, atau anak dibiarkan berbuat sesuka hati, berpontensi membuat anak menjadi berperilaku bermasalah, termasuk senang berbicara kasar dan kotor.

Tidak Memiliki Keterampilan Resolusi Konflik
Anak yang tidak memiliki keterampilan resolusi konflik berpotensi untuk bicara kasar dan kotor. Ketidaktahuan dan ketidakmampuannya dalam menyelesaikan masalah dapat membuatnya tertekan dan kebingungan. Hal ini dapat menjadi faktor pemicu anak untuk berkata-kata tidak pantas.

Masalah Perkembangan
Adanya masalah perkembangan pada anak dapat membuat anak menjadi berbicara kasar dan kotor. Anak-anak yang menyandang retardasi mental, dimana tingkat kecerdasan intelektual mereka rendah, berpotensi menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan norma-noma sosial, termasuk berbicara kasar dan kotor. Hal ini terjadi karena anak tidak memiliki pemahaman yang baik tentang mana yang baik, mana yang tidak baik, mana yang pantas, mana yang tidak pantas, mana yang boleh, mana yang tidak boleh, dan lain sebagainya. Jadi, bicara kasar dan kotor yang ia lakukan merupakan akibat ketidakmengertiannya. Anak-anak yang penyandang tunalaras juga berpotensi untuk bicara kasar dan kotor. Tunalaras merujuk pada kondisi dimana anak mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan bertingkah laku tidak sesuai dengan aturan.

Gangguan Kesehatan Mental
Anak yang mengalami gangguan kesehatan mental berpotensi berbicara kasar dan kotor. Hal ini terjadi karena gangguan kesehatan mental membuat anak tidak dapat berpikir dengan baik dan tidak mampu mengelola emosi.

Karena perilaku bicara kasar dan kotor adalah perilaku yang tidak dapat diterima masyakat dan merugikan perkembangan anak, maka perlu dilakukan upaya-upaya preventif. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan, antara lain sebagai berikut:

Menciptakan Lingkungan yang Kondusif
Lingkungan yang kondusif adalah lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak dan mendukung pertumbuhan serta perkembangan anak. Lingkungan kondusif adalah lingkungan di mana anak aman secara fisik dan psikis. Di sana anak dicintai, diterima, dihargai, dan dilindungi. Dalam lingkungan yang kondusif tidak ada kata caci maki yang ditujukan kepada anak atau kepada siapa pun. Di sana tidak ada hal-hal yang dapat menstimulasi anak untuk berbicara kasar dan kotor.

Pola Asuh yang Tepat
Pola asuh yang tepat adalah pola asuh dimana pada anak ditanamkan nilai-nilai kebaikan yang bersumber dari norma-norma masyarakat, budaya, dan ajaran agama yang dianut oleh anak dan orangtuanya. Dalam pola asuh juga ada contoh konkrit perilaku baik yang ditunjukkan oleh orangtua. Dengan demikian anak dapat mempraktekkan perilaku baik sebagaimana yang ditunjukkan oleh orangtua.

Melatih Anak Berkomunikasi Asertif
Manusia adalah mahluk sosial dimana untuk dapat hidup dan memenuhi kebutuhannya ia membutuhkan orang lain. Itulah sebabnya individu harus berelasi dengan individu lainnya. Agar relasi yang sehat dapat diciptakan, maka dibutuhkan komunikasi yang sehat juga. Individu harus mampu mengkomunikasikan pendapat, kebutuhan, dan perasaannya dengan baik kepada pihak-pihak tertentu. Individu juga harus dapat merespon dengan baik apa yang dikomunikasi orang lain kepadanya. Oleh karena itu, sejak kecil individu harus dilatih berkomunikasi secara asertif. Metode komunikasi ini juga mencakup kemampuan untuk tetap tenang dan berjiwa besar ketika pendapat, ide, atau keinginan individu ditolak oleh orang lain. Anak yang memiliki keterampilan berkomunikasi asertif akan terhindar dari perilaku bicara kasar dan kotor.

Melatih Anak dalam Regulasi Emosi
Adalah wajar jika karena kondisi-kondisi tertentu timbul emosi negatif pada anak, misalnya kecewa atau marah. Akan tetapi, hal tersebut bukan berarti anak boleh berbicara kasar dan kotor. Apabila sesuatu yang mengecewakan direspon dengan kata-kata kasar dan kotor, maka tidak akan terjadi penyelesaian masalah. Sebaliknya, akan timbul konflik dan masalah baru.

Melatih Anak Keterampilan Resolusi Konflik
Kadang kala konflik tidak dapat dihindari, baik konflik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain. Oleh karena itu, individu perlu memiliki keterampilan resolusi konflik. Jika individu tidak memiliki keterampilan resolusi konflik, maka akan menimbulkan masalah serius yang merugikan individu dan orang lain, salah satunya perilaku bicara kasar dan kotor. Itulah sebabnya, anak perlu dilatih agar memiliki keterampilan resolusi konflik.

Berkonsultasi kepada Ahli
Anak-anak dengan gangguan perkembangan dan anak-anak dengan gangguan kesehatan mental berpotensi untuk berperilaku bicara kasar dan kotor. Jika anak mendapatkan diagnosa gangguan perkembangan atau gangguan kesehatan mental, maka guna menghindarkan mereka dari berperilaku yang tidak baik, orangtua perlu berkonsultasi dengan ahli untuk mendapatkan nasihat atau pertolongan. Misalnya: terapi perilaku, terapi obat-obatan, terapi wicara, dan lain-lain. Datangilah ahli yang memiliki kompetensi dalam hal ini, misalnya: konselor, dokter, atau psikolog.

Jika diketahui anak bicara kasar dan kotor, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:

Jangan Emosional
Ketika anak berbicara kasar dan kotor, orangtua harus berusaha untuk tetap tenang. Ketidaktenangan atau sikap emosional orangtua tidak akan menyelesaikan masalah. Sebaliknya, dapat menimbulkan masalah baru, seperti: orangtua menjadi berbicara kasar dan kotor, atau menjadi melakukan kekerasan pada anak.

Jangan Melakukan Kekerasan
Kekerasan kepada anak tidak dibenarkan dengan alasan apapun. Mendidik atau mendisiplin anak berbeda dengan kekerasan. Oleh karena itu, tidak dibenarkan mendisiplin anak dengan hukuman fisik yang tidak mendidik, misal: memukul anak dengan membabi buta, menendang, menampar, mengurung anak di ruang yang gelap sendirian, menghukum dengan tidak memberi makan, dan hukuman fisik lainnya. Model ini berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan anak. Dalam banyak kasus, pendekatan disiplin seperti ini mendatangkan kesakitan dan kematian pada anak.

Cari Tahu Faktor Penyebab Terjadinya Perilaku
Selalu ada yang menjadi faktor penyebab timbulnya perilaku bicara kasar dan kotor pada anak. Jadi, langkah bijaksana dalam mengatasi perilaku ini adalah mencari tahu apa penyebabnya. Dengan demikian, perilaku bermasalah ini dapat diselesaikan. Misalnya: jika ternyata anak berbicara kasar dan kotor karena marah, maka anak perlu dibantu untuk mengidentifikasi penyebab amarahnya dan bagaimana mengelola amarah tersebut dengan tepat.

Kolaborasi dengan Pihak Lain
Ada kalanya orangtua perlu berkolaborasi dengan pihak lain terkait perilaku bicara kasar dan kotor pada anak. Misalnya: kolaborasi dengan pekerja rumah tangga, guru les anak, guru anak di sekolah, atau dengan orangtua dari teman-teman anak.

Kolaborasi dengan Ahli
Ada kalanya juga orangtua perlu mencari pertolongan kepada ahli guna mengatasi masalah perilaku anak. Misalnya, anak-anak dengan gangguan kesehatan mental sangat mungkin membutuhkan obat-obatan. Dalam hal ini, orangtua perlu mencari pertolongan kepada dokter spesialis kesehatan jiwa anak.

Posting Komentar