Senin, 06 Mei 2024

Menjadi Dewasa Tanpa Tahu Apa Apa

Orang dewasa yang hebat bukanlah mereka yang sempurna tanpa kesalahan, tetapi mereka yang belajar dari kesalahannya dan maju perlahan."

Ada hal-hal yang baru disadari dalam proses pertumbuhan menjadi dewasa. Ada banyak hal di dunia ini yang membuat orang dewasa ingin menangis. Jauh lebih banyak daripada saat kita masih kecil, yang menangis hanya karena terjatuh. Banyaknya luka yang terukir di dalam hati selama hidup bukan makin berkurang, justru makin bertambah, hingga pada akhirnya perasaan ingin menangis itu muncul saat diri kita terusik akan hal yang sepele sekalipun. Meskipun luka yang lama telah mengeras menjadi koreng, tetapi saat muncul goresan baru di bagian yang lain rasanya akan sangat sakit.

“Aku pikir orang dewasa tidak ada yang menangis. Aku pikir, aku tidak akan terluka setelah menjadi orang dewasa. Aku pikir, aku tidak akan merasa goyah. Aku pikir, semuanya akan tampak dengan jelas. Terluka dan menangis setiap hari. Merasa goyah dan khawatir setiap saat, ternyata seperti itulah orang dewasa. Meski sakit, kamu harus terus menahannya, ternyata seperti itulah orang dewasa. Seperti itulah diriku, yang tumbuh menjadi dewasa tanpa tahu apa apa.”

Ya, buku ini merupakan esai pemikiran penulis dengan POV orang dewasa tapi tidak selalu dibandingkan dengan kehidupan anak-anak. Ada tulisan yang komparatif yang intinya s "saat kecil dulu kita begitu menikmati sekitar, namun saat dewasa kita seolah dikejar banyak hal, lupa menikmati". Namun banyak juga tulisan lainnya yang sifatnya hanya menjelaskan tanpa komparasi.

Diawali dengan prolog berjudul Menjalani Hidup dengan Berpura-pura Menjadi Orang Dewasa, ada 4 bab di dalam buku ini antara lain:


📚 Orang Dewasa Juga Punya Hari Ketika Mereka Ingin Menangis Sejadi-jadinya

📚 Saat Kamu Berdiri di Perbatasan Antara Anak-anak dan Orang Dewasa

📚 Kupikir yang Kubutuhkan Hanya Cinta

📚 Kisah Orang Dewasa yang Hobi Memiliki Perasaan Senang dan Sedih Bergantian

Ketika masih berusia kanak-kanak, mungkin sebagian dari kita merasa heran dengan kehidupan orang dewasa. Kita juga menganggap orang dewasa paling berkuasa dengan melihat contoh orangtua kita sebagai orang dewasa yang paling dekat dengan kita.

Kita juga mungkin banyak mendengar nasihat ini itu yang hanya diperuntukkan bagi orang dewasa.

"Jangan nonton film itu, itu film orang gede."

"Kalo ibu bapak kan sudah dewasa, kamu masih kecil."

Setidaknya itu semua yang aku alami dan rasakan. Bagaimana dengan kalian?

Ketika usia beranjak remaja, kemudian perasaan heran berbuah keinginan. Ya, mungkin sebagian dari kita mendambakan menjadi sosok orang dewasa.

"Jadi orang dewasa itu kayaknya enak ya. Bebas melakukan ini itu. Bebas ngapain aja." pikirku saat usia remaja dan pra dewasa.

Kebalikannya, ketika sudah (berusia) dewasa, sebagian dari kita justru merindukan masa kanak-kanak ketika dunianya hanya seputar bermain sambil belajar. Kita juga merindukan dunia remaja ketika asa begitu menggebu, pertengahan antara anak-anak dan dewasa.

Menjadi orang dewasa ternyata beban hidup bertambah, pertanyaan ini itu bertambah; kapan lulus, kapan nikah, kapan punya anak dan kapan lainnya. Kita mungkin tidak berekspektasi terhadap itu semua yang akhirnya membuat kita berpikir..

"Aku sudah dewasa, tapi kok kayak ga tahu apa-apa?"

Menurutku buku ini hadir untuk menepuk pundak kita sesama orang dewasa bahwa menjadi dewasa tidak harus selalu tampak kuat tanpa air mata dan kesedihan apalagi penuh tuntutan. Menjadi orang dewasa harusnya menjadi manusia yang bahagia dan berpikir positif sebanyak dan sesering mungkin tapi juga punya filter ✨

Melalui buku ini, dari sudut pandang seorang dewasa, aku jadi merenungkan.. sudahkah aku menyiapkan anakku untuk menjadi pribadi dewasa kelak? Orang dewasa yang tidak hanya secara usia dan fisik tapi juga kematangan emosi. Karena tujuan pendidikan anak salah satu yang penting adalah menyiapkannya menjadi orang dewasa yang mandiri dan matang emosional.. Semoga kita para orangtua dimampukan ya!

Posting Komentar